Mereka tampaknya melakukan riset mendalam tentang bagaimana hewan nokturnal seperti serigala melihat dan mendengar lingkungannya, lalu mengintegrasikannya ke dalam proses transformasi karakter Blake.
Dalam aspek ini, tim musik dan suara kembali mendapat penghargaan atas kontribusi mereka.
Tim tata rias juga patut diacungi jempol karena berhasil menggambarkan manusia serigala dengan sentuhan berdasarkan mitologi dan cerita rakyat, tanpa sekadar menempelkan bulu atau prostetik berbentuk moncong pada aktor.
BACA JUGA: Intip Daftar Pemain Film Horor Rumah Teteh, Tayang 13 Februari di Bioskop!
Keunggulan teknis seperti ini tidak terlihat pada versi The Wolf Man (1941). Versi Wolf Man (2025) jelas memanfaatkan kemajuan teknologi dan wawasan modern untuk mempersembahkan kisah manusia serigala dalam konteks dunia masa kini.
Namun demikian, kekuatan utama sebuah film tetap terletak pada ceritanya.
Sayangnya, di aspek ini. Wolf Man (2025) masih menghadapi tantangan besar yang belum terpecahkan, meskipun konsep dan elemen teknisnya sudah sangat solid. (*)