Namun, kisah Reservoir Siranda tak lepas dari tragedi revolusi. Sejarawan Semarang, Jongkie Tio, menjelaskan, “Pertempuran lima hari di Semarang pecah karena gugurnya dr. Kariadi.”
Sang dokter muda berniat memeriksa kabar peracunan air di Reservoir Siranda oleh tentara Jepang. Nahasnya, saat hendak mengecek, ia ditembak tentara Jepang hingga meninggal dunia.
BACA JUGA: Temukan Mayat Mengambang, PDAM Kuras dan Disinfektan Air di Reservoir Siranda Semarang
Kematian dr. Kariadi itu menyulut semangat pemuda Semarang. Ribuan pejuang melawan Jepang antara 14 hingga 19 Oktober 1945.
Pertempuran itu menewaskan sekitar 2.000 pejuang Indonesia serta 850 tentara Jepang. Kisah heroik tersebut menjadikan Reservoir Siranda saksi sejarah penting perjuangan rakyat.
BACA JUGA: PDAM Kota Semarang Klarifikasi Soal Temuan Mayat di Reservoir Siranda, Warganet: Waduh Kaldu Anyir
Kini, Reservoir Siranda dikelola PDAM Tirta Moedal sebagai tandon air bersih. Kapasitasnya mencapai 2.750 meter kubik dengan luas bak 2.500 meter persegi.
Di area itu juga terdapat rumah jaga yang sudah berdiri sejak 1923. Meski fungsi utamanya tetap sebagai penampungan, kawasan ini sering menarik perhatian pecinta sejarah yang ingin menapak tilas perjuangan dr. Kariadi. (*)