Ia juga berharap, setiap tahun akan ada penambahan daya tampung melalui kemitraan tersebut, sehingga seluruh anak-anak di Jawa Tengah bisa mendapatkan pendidikan yang layak dan setara. Tentu saja dengan melibatkan lebih banyak sekolah swasta.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Sadimin, mengatakan, program kemitraan ini menjadi satu-satunya dan pertama di Indonesia. Daya tampung program sekolah kemitraan sendiri mencapai 5.040 murid untuk tahun 2025 ini.
“Masing-masing sekolah yang bermitra tadi, MoU dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah. Untuk masing-masing sekolah itu satu rombongan belajar atau sekitar 36 siswa,” kata Sadimin.
Program ini juga salah satu upaya untuk menggerus angka putus sekolah (ATS) di wilayahnya. Sebab, jumlah ATS untuk jenjang pendidikan menengah (SMA/SMK/SLB) masih ribuan.
Upaya Pemprov Jateng lainnya dalam bidang pendidikan
Selain sekolah kemitraan, upaya lain untuk menggerus ATS yang sudah berjalan ialah mengalokasikan kuota ATS sebesar 3% pada jalur afirmasi untuk jenjang SMA/SMK Negeri pada SPMB 2025, layanan pendidikan gratis sampai lulus pada 3 SMK Boarding Jateng (Pati/Purbalingga/Kota Semarang) dan 15 SMK Semi Boarding, serta beasiswa siswa miskin.
Gubernur Jateng Ahmad Luthfi menandaskan, pendidikan merupakan investasi berharga di masa depan. Maka, pihaknya berupaya keras agar anak usia sekolah harus bersekolah.
“Ini gratis bagi siswa miskin di sekolah swasta yang tertunjuk. Pemprov telah mengalokasikan Rp2 juta per siswa,” kata Luthfi
Meski gratis, Pemprov Jateng tak asal-asalan menunjuk sekolah dalam program ini; SMA/SMK swasta harus terakreditasi minimal B, memiliki ketercukupan sarana dan prasarana pembelajaran.
Selanjutnya, memiliki rasio ketercukupan guru dan tenaga kependidikan, serta kesanggupan tidak melakukan pungutan pembiayaan pendidikan bagi murid peserta program kemitraan.
“Ini yang pertama di Indonesia sekaligus menunaikan janji politik kami. Memberikan akses pendidikan bagi siswa miskin,” tegasnya.
Gebrakan lain di bidang pendidikan di 100 hari kinerja Luthfi–Yasin adalah menyediakan Sekolah Menengah Atas Negeri Keberbakatan Olahraga (SMANKO) Jateng, yang berlokasi di Kawasan Olahraga Jatidiri, Kota Semarang.
SMANKO Jateng merupakan sekolah khusus atlet yang terintegrasi dengan pendidikan formal. Siswa yang masuk merupakan atlet-atlet berprestasi olahraga dan tergabung di Pemusatan Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLOP) Jateng.
Atlet potensial yang masuk SMANKO, tidak hanya mendapat gemblengan dari sisi prestasi olahraga, tetapi juga mendapatkan pendidikan formal. “Ini kita lakukan dengan anggaran APBD dan APBN,” tutur Luthfi.
SMANKO Jateng akan menjadi andalan Provinsi Jawa Tengah dalam mencetak atlet berprestasi. Sekolah ini menunjang peningkatan prestasi olahraga, baik di tingkat nasional maupun internasional. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi