“Saya percaya, Semarang bisa menuju ke sana. Kita tidak kekurangan talenta, yang mereka butuhkan hanyalah ruang, kesempatan, dan keberanian untuk mencoba,” katanya penuh optimisme.
Agustina juga berpesan kepada para peserta agar terus berkarya tanpa takut dengan keterbatasan. Ia menilai, film yang menyentuh hati tidak selalu lahir dari peralatan mahal, tetapi dari kepekaan dan ketulusan pembuatnya.
“Setiap sudut kota, setiap kisah kecil di sekitar kita bisa menjadi cerita besar jika di ceritakan dengan hati,” ujarnya.
Ia turut mengapresiasi seluruh pihak yang berperan dalam suksesnya kegiatan ini, mulai dari panitia LSSFF, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, mentor, hingga para peserta.
“Semoga langkah ini menjadi pijakan menuju ekosistem film yang lebih matang. Kami ingin Semarang bukan hanya menjadi lokasi syuting, tapi juga rumah bagi para pencerita,” tutup Agustina.
Dalam kegiatan tersebut, Iwan Resdiyanto terpilih sebagai pemenang Lomba Ide Cerita dengan karyanya berjudul “The Last Swing.”
Film ini mengisahkan perjuangan Arum (11), seorang anak yang mengumpulkan dan menjual bola golf bekas demi membayar kegiatan sekolah. Namun, nasib tragis menimpanya ketika bola golf terakhir yang ia temukan justru menghancurkan mimpinya dengan cara yang penuh ironi. (*)
Editor: Elly Amaliyah













