Makhluk tersebut yakni tuyul dengan senyum sadis dan bentuk mengerikan, serta kuntilanak hitam yang memiliki kekuatan mematikan yang bikin merinding bukan main.
Pencarian ini berubah dari usaha menemukan ibu menjadi perjuangan bertahan hidup. Perlahan, mereka menyadari bahwa semua bencana yang menimpa bersumber dari satu hal yakni pelanggaran pamali dan larangan adat.
BACA JUGA: Review Film Weapons, Misteri yang Mematikan dan Petaka Dibalik Senyuman Ramah
Elemen Lokal sebagai Inti Horor
Pamali: Tumbal terasa istimewa bukan hanya jump scare, tapi juga akar kisah yang menyatu dengan budaya. Praktik pesugihan (mencari kekayaan lewat unsur supranatural) yang melibatkan tumbal manusia dengan lokalitas makhluk halus khas Nusantara menghadirkan horor yang terasa dekat. Selain itu, kedekatan cerita dengan masyarakat memicu rasa takut yang mendalam.
Sinematografi gelap, make-up prostetik, dan penerapan CGI demi menampilkan sosok tuyul serta kuntilanak hitam yang benar-benar menyeramkan dan berbeda dari versi horor sebelumnya.
Kekuatan Emosi di Tengah Kengerian
Di balik segala ketegangan, film Pamali: Tumbal menyelipkan dramatisasi hubungan ibu-anak yang menyentuh. Keputusan ibu mengambil uang tumbal dan menghilang mendadak memancing rasa takut menjadi perjuangan emosional.
Segala potensi menyeramkan, kekayaan budaya, dan rasa kemanusiaan yang hangat, film Pamali: Tumbal mendekatkan kita pada kearifan lokal sekaligus menguji nyali. (*)