SEMARANG, beritajateng.tv – Merebaknya situs judi online (judol) terus mendapat perhatian banyak pihak. Baru-baru ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklaim pemerintah telah menutup 2,1 juta lebih situs judi online.
Pakar Sosiolog asal Semarang, Hermawan Pancasiwi, mengatakan banyaknya situs judi online di Indonesia disebabkan karena peminatnya yang tinggi. Ia menyebut, masyarakat Indonesia sangat menggemari judi online karena beberapa alasan.
Salah satu pemicu utamanya ialah karakter masyarakat yang ingin cepat kaya. Ia bahkan menyebut jika masyarakat Indonesia memang hobi berjudi sejak dulu. Jauh sebelum judi online merajalela.
“Jujur, masyarakat kita bukan masyarakat yang rasional. Selain itu masyarakat kita punya sifat dan karakter ingin kaya secara instan. Mereka lebih mementingkan hasil daripada proses,” kata Hermawan saat beritajateng.tv hubungi, Jumat, 14 Juni 2024.
BACA JUGA: Website OPD Pemprov Jateng Tampilkan ‘Slot Gacor’, Diskominfo: Iklan Judi Sudah Seperti Wabah
Misalnya, sebelum judi online menjamur, lanjutnya, masyarakat Indonesia terbiasa dengan judi nomor lotre. Saat judol muncul, bak gayung bersambut dan diberi fasilitas, kesempatan untuk meraih kekayaan secara instan langsung dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia.
Lalu, karena sifat dan karakter masyarakat itu, Hermawan ragu jika para pelaku judol berhasil tuntas. Terlebih, selama situs judol masih terus tersedia secara bebas.
“Sejauh situs judi online masih ada. [Kalau] tidak dibendung sampe tuntas habis, pelaku akan terus muncul. Kalau ada kesempatan judi online, maka pemakai judi online akan tetap ada,” sambung Akademisi Soegijapranata Catholic University (SCU) itu.
Pemerintah mesti turun tangan berantas judi online sampai ke akar termasuk situs
Lebih lanjut, Hermawan menegaskan pelaku judi online akan selalu ada jika masih ada wadahnya. Maka dari itu, semua yang serba online, termasuk judi, cara memberantasnya ialah dengan menutup sumbernya terlebih dahulu. Dalam hal ini, menutup situs judol.