Smartphone Blackberry
Menurut survei Pew Research Center pada 2024, hampir separuh remaja saat ini mengaku hampir selalu terhubung ke internet, meningkat tajam dari satu dekade lalu ketika hanya 24 persen yang menyatakan hal serupa.
Sebagian bahkan mengaku kerap merasakan getaran notifikasi palsu, sementara yang lain menyebut menyalakan ponsel kini menjadi kebiasaan otomatis.
Ponsel lipat dan perangkat dari era 2000-an seperti Blackberry bukan sekadar lebih hemat biaya. Bagi gen Z, gadget-gadget ini membantu mereka membangun kembali waktu berkualitas bersama orang terdekat.
Mengeksplorasi minat di luar layar, dan menciptakan keseimbangan hidup yang lebih sehat dari terpaan konten digital nonstop.
Salah satu faktor yang mendorong Gen Z kembali tertarik pada Blackberry adalah karena harganya yang lebih terjangkau dari iPhone.
Saat ini, harga iPhone terbaru bisa menembus angka puluhan juta rupiah, membuat Blackberry tampil sebagai alternatif yang lebih masuk akal bagi kalangan muda.
BACA JUGA: Rekomendasi Motor Kopling Honda Terbaik 2025, Cocok untuk Harian hingga Touring
Selain alasan harga, tren gaya hidup yang menolak ketergantungan pada smartphone modern juga turut berpengaruh.
Banyak anak muda yang mulai tertarik untuk kembali menikmati kehidupan offline. Mereka mau mengatur ulang cara mengakses serta mengonsumsi konten digital.
Walau tumbuh di tengah kemajuan teknologi digital, gen Z dan sebagian Generasi Alpha yang lebih tua mulai menyadari bahwa ketergantungan terhadap ponsel sudah terlalu berlebihan. (*)