Dalam satu tahun, kata Endang, penyerapan tenaga kerja mencapai 434 ribu orang. Kondisi itu ia sebut ikut menekan angka pengangguran, meski sebarannya berbeda antarwilayah.
Endang menjelaskan, penurunan angka pengangguran tidak lepas dari peningkatan penduduk bekerja. Ia menambahkan, perubahan struktur jam kerja juga ikut memengaruhi dinamika tenaga kerja di Jawa Tengah. BPS juga mencatat penurunan pada kelompok yang tergolong dalam setengah pengangguran.
“Pekerja penuh itu 14,65 juta orang, turun 104 ribu. Yang naik itu pekerja paruh waktu, jadi 5,15 juta orang atau naik 607 ribu. Setengah pengangguran itu menurun 69 ribu orang, sekarang 1,49 juta,” jelas Endang.
BACA JUGA: Geger Temuan Warga Kendal Tewas Tergantung-Dada Tertancap Pisau: Air Selokan Berwarna Merah
Angkatan kerja perempuan meningkat, pertanian dan industri pengolahan serap pekerja terbanyak
Lebih jauh, Endang menuturkan ada kenaikan partisipasi angkatan kerja perempuan di Jawa Tengah.
Dalam setahun terakhir, kata Endang, TPAK atau tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan naik menjadi 63,37 persen. Sementara TPAK laki-laki tercatat 85,36 persen.
“Partisipasi angkatan kerja (TPAK) Agustus 2025 itu laki-laki 85,36 persen dan perempuan 63,37 persen. Selama setahun terakhir, TPAK perempuan mengalami peningkatan 1,55 persen,” ujar Endang.
Di sisi lapangan usaha, Endang menuturkan pertanian masih menjadi sektor dengan tenaga kerja terbanyak, disusul industri pengolahan dan perdagangan. Dua sektor pertama juga mengalami kenaikan jumlah tenaga kerja tertinggi sepanjang Agustus 2024–Agustus 2025.
“Selama Agustus 2024 hingga Agustus 2025, lapangan usaha pertanian dan industri pengolahan menjadi sektor tertinggi peningkatan tenaga kerja, yaitu masing-masing sekitar 0,21 juta orang dan 0,11 juta orang,” pungkas Endang. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













