“Gen Z, gen alpha, mulai tertarik sama konten jokes bapak-bapak, banyak komen yang bilang jiwa mudanya meronta-ronta karena ketawa liat jokes Pak Slamet,” tuturnya.
Kendati demikian, membuat konten dengan orang yang lebih tua memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya, kata Guntur, Pak Slamet sering lupa dialog saat proses syuting.
“Saya kasih pertanyaannya satu nih, dia harus ngapalin dan ngapalinnya perlu berkali-kali dan butuh waktu yanh lama. Tapi saya maklum dia orang tua saya gak apa-apa yang penting profesional dan hasil finalnya bagus,” ujar Guntur.
BACA JUGA: Podcast di Balik Konten Jokes Bapack Bapack Semarangan, Ada Guntur Rony dan Mbah Slamet
Sementara itu, Slamet juga mengaku jika membuat konten jokes bapak-bapak itu tidak mudah. Terkadang, ia masih merasa malu saat membuat konten di depan orang banyak.
Tak hanya itu, proses syuting yang biasanya sampai berkali-kali juga menjadi tantangan tersendiri bagi Slamet.
“Ada capeknya. Kalau yang capek yang syuting diulang-ulang itu. Pegel badanku, tapi menyenangkan,” aku Slamet.
Ke depannya, Guntur dan Slamet mengaku akan semakin serius dalam menggarap media sosialnya dan menjadi kreator konten terkenal. Bahkan, Guntur berencana melebarkan segmentasi dengan membuat konten baru selain jokes bapak-bapak.
“Tapi yang pasti jokes bapak-bapak akan dipertahankan, dan tetep melibatkan Pak Slamet di konten lainnya,” tandas Guntur. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi