“Bagaimana pemerintah, universitas, itu harus melakukan riset. Kalau dikembangkan, nanti alternatif ini lebih murah dari subsisidi atau dari harga LPG yang ada. Saya kira masyarakat akan beralih ke situ,” pungkas Sumanto.
Sementara itu, Kepala Cabang ESDM Wilayah Surakarta, Abdul Haris, menyebut tak ada kelangkaan LPG di Jawa Tengah.
BACA JUGA: Pakar Ekonomi Ungkap Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kg Bakalan Lama: Butuh Waktu untuk Kembali Normal
Dalam kesempatan itu, Haris merinci jumlah agen LPG PSO atau agen LPG subsidi sejumlah 807, agen LPG nonsubsidi sejumlah 128 agen. Sementara ada 59.569 pangkalan subdisi dan 16.927 pangkalan nonsubsidi.
“Secara jumlah sudah banyak, cuma keberadaan pangkalan kurang menyebar. Di satu daerah ada 20, 15, di sisi lain ada kelurahan yang gak punya pangkalan. Tempat kami di Boyolali di Sindon, gak ada satu pun pangkalan,” ungkap Haris.
Perihal energi alternatif, Haris pun mendukung gagasan Sumanto. Pihaknya mengaku sudah melakukan berbagai inovasi untuk mendongkrak biogas di berbagai wilayah Jawa Tengah, utamanya di kalangan peternak.
“Di Karanganyar, Sragen, kami kembangkan biogas. Kami manfaatkan kotoran ternak sapi; ada ribuan peternak yang punya sapi, itu jadi tabungan mereka. Kami ubah mindset mereka untuk ubah kotoran sapi jadi biogas, gasnya diambil untuk masak, kotoran yang terbuang nanti bisa dipakai buat pertanian,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi