“Kami komunikasikan dengan ahli, karena penentuan ada tidaknya tindak pidana pada konten itu bukan pada kami, keterangan ahli itu sebagai alat bukti. Kalau ahli menyatakan tidak ada unsur yang terpenuhi maka konten itu bukan tindak pidana,” tegasnya.
Ungkap setiap media sosial punya karakteristiknya masing-masing
Sebelumnya, Endro menyebut setiap media sosial memiliki karakter yang berbeda. Hal itu ia paparkan saat hadir sebagai narasumber dalam acara Pembekalan Pengawas Patroli Siber “Pencegahan Pelanggaran Kampanye dan Konten Internet” di Metro Park View Hotel, Kota Semarang, Jum’at 8 Desember 2023.
Ia menyoroti media sosial X, sebelumnya Twitter, sebagai ruang utama penggiringan isu.
“Twitter itu juga didominasi akun anonim, tingkat keberhasilan blokir sangat rendah, dan referensi utamanya trending topic,” jelas Endro.
Selain itu, lanjut Endro, media sosial Facebook juga menjadi pilihan masyarakat Jawa-Bali untuk menyebarkan isu.
“Kalau YouTube itu referensi konten video untuk disebarluaskan tinggi, tingkat keberhasilan blokir juga sangat rendah. TikTok sifat penyebaran konten sangat cepat,” imbuh Endro.
BACA JUGA: Demo Wadas di Depan Kantor Ganjar, Massa: Masalah Wadas Belum Selesai Sudah Mau jadi Presiden!
Banyak digunakan oleh seluruh orang di penjuru dunia, Endro menilai eksistensi influencer atau yang disebut selebgram sangat berpengaruh pada isu yang digiring di media sosial Instagram.
“Sementara itu, WhatsApp dan Telegram yang sama-sama dark social ini punya sifat pengguna yang banyak. Kalau Telegram itu bedanya tingkat anonimitasnya tinggi,” tandas Endro.(*)
Editor: Farah Nazila