Menurut Tecky, trauma terbesar adalah ketidakpastian kapan bisa pulang dan bagaimana jika situasi semakin memburuk. Bahkan salah satu fasilitator WHO SEARO, Ai Tanimizu sempat memperkirakan mereka bisa terjebak dua sampai tiga minggu.
“Takut tidak bisa pulang, perkiraannya bisa terjebak sampai dua sampai tiga minggu. Syukurlah, kami difasilitasi WHO dan PBB untuk evakuasi setelah bandara dibuka,” tuturnya.
Pasca kejadian, Tecky mengakui butuh waktu untuk memulihkan kondisi psikologis. Dukungan keluarga, kolega, dan institusi menjadi faktor penting.
Setelah melewati tiga hari penuh ketegangan di Kathmandu akibat kerusuhan, Tecky akhirnya bisa kembali ke Indonesia dengan selamat pada Kamis, 11 September 2025.
BACA JUGA: Dosen Poltekkes Semarang Sempat Terjebak Kerusuhan Nepal, Begini Kisah Evakuasinya
Meski awalnya sempat ada rasa waswas karena bandara Tribhuvan sempat ditutup sementara, Tecky akhirnya mendapat kepastian penerbangan pulang. Rasa lega tak bisa ia sembunyikan saat pesawat lepas landas meninggalkan Nepal.
“Keluarga di Indonesia langsung saya hubungi begitu sampai transit. Mereka sangat bersyukur akhirnya saya bisa pulang dengan selamat,” pungkasnya. (*)
Editor: Farah Nazila