Namun, Uyi tak ragu menggunakan uang dari kantung pribadinya untuk membeli buku-buku koleksi Koper Pustaka. Hal itu demi menyediakan bacaan terbaik bagi anak-anak.
“Saya beli buku yang lebih menarik kaya pop art sehingga anak-anak tertarik membaca, harganya bisa Rp200 ribu. Tapi dari situ saya ingin bergerak sambil nyebarin ke lingkungan,” ucapnya.
BACA JUGA: Berawal dari Cuitan Twitter, Komunitas Bookclub Semarang Kini Punya 700 Anggota
Lebih lanjut, Uyi tentunya berharap lapak bacanya dapat terus berjalan, berkembang, dan bermanfaat. Sayangnya, tak jarang ia harus absen menggelar lapak lantaran agenda mendadak.
Ia pun kini berharap muncul sukarelawan pegiat literasi yang bersedia bergabung dengan Koper Pustaka, berjuang bersamanya dalam meningkatkan minat anak-anak terhadap membaca buku.
“Koper Pustaka ini bukan milik saya, tapi milik literasi. Jadi ketika saya sudah tidak bisa membersamai, semoga Koper Pustaka bisa tetap berjalan,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi