SEMARANG, beritajateng.tv – Di tengah derasnya ombak laut dan ancaman abrasi yang makin nyata, ratusan warga pesisir Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, berkumpul di Pantai Tangulsari pada Selasa, 22 Juli 2025.
Mereka tak sekadar merayakan tradisi, tetapi juga merawat ketahanan sosial dan spiritual melalui ritual tahunan sedekah laut.
Dengan iringan doa, tabuhan musik tradisional, dan pertunjukan Reog Ponorogo, masyarakat melarungkan sesaji berupa kepala kambing dan tumpeng ke laut.
Tradisi ini bukan hanya bentuk syukur atas berkah hasil laut, tetapi juga wujud perlawanan simbolik terhadap krisis yang mereka hadapi.
BACA JUGA: Peringati Hari Bumi, Alfamart Gandeng Pemkot Semarang Tanam 20 Ribu Mangrove di Pantai Mangunharjo
“Ini bukan cuma syukuran, ini cara kita bertahan. Saat laut tak bersahabat, kita tetap bersama, saling menguatkan,” ujar Suhudi, nelayan yang telah puluhan tahun menggantungkan hidupnya pada laut Jawa.
Ketahanan sosial warga pesisir Mangunharjo teruji bukan hanya oleh gelombang laut, tapi juga oleh perubahan iklim dan abrasi yang makin parah.
Suhudi menyebut hasil tangkapan turun hingga 25 persen dibanding tahun-tahun sebelumnya. Banyak nelayan kini enggan melaut jauh karena cuaca ekstrem yang tak menentu.
“Laut sekarang lebih kejam. Tapi kita enggak bisa pergi dari laut, jadi kita lawan dengan doa dan kebersamaan,” ujarnya.