Memotret di GOR TLJ memang tidak semudah seperti mangkal di car free day (CFD) atau di pinggir jalan. Para fotografer harus izin terlebih dahulu.
“Jika suatu hari ada hal yang tidak diinginkan, pelari bisa melaporkan. Jadi gampang melacak dan petugas nggak menegur semua fotografer,” kata mantan jurnalis itu.
Achbar sendiri menceritakan, pernah ada kasus yang melibatkan salah satu pelari dengan para fotografer. Pelari itu, kata dia, tidak terima dirinya difoto secara bebas oleh fotografer.
Bahkan, kasus itu hampir di bawa ke ranah hukum. Imbas kasus itu, petugas melarang fotografer di Gor TLJ selama dua hari. Untungnya, kasus bisa berakhir damai.
Padahal, lanjut Achbar, pelari bisa memberikan kode tertentu jika memang tidak mau difoto. Mulai dari menutup muka, mendudukkan kepala, hingga melambaikan tangan.
“Mungkin dia saat difoto merasa tidak nyaman. Entah lagi sama selingkuhannya, atau sama pacar tersembunyinya. Tapi kita kan ada sudah izinnya,” ujar Achbar.
Sempat dibanderol Rp15 ribu
Fotografi olahraga di Kota Semarang, khususnya di GOR TLJ ternyata cukup lama jalan di tempat. Mulanya, harga untuk menebus satu foto hasil jepretan fotografer tidak memiliki patokan khusus.
BACA JUGA: Guyupkan Fotografer, KFI Jateng Gelar Photo Hunting Model di Kabupaten Semarang
Baru pada tahun 2019 ada semacam pricelist yang disepakati oleh semua fotografer.
“Awalnya ada pricelist Rp15 ribu. Untuk naik harga cukup susah di Semarang. Barulah 2021 mulai terbiasa pricelist harga foto sport. Naik jadi Rp20 ribu, terus sekarang sekitar Rp35 ribu,” tandas Achbar. (*)
Editor: Farah Nazila