Ketua PGKS, Pendeta Rahmat Rajagukguk melanjutkan, “Kecaman terhadap pelaku perusakan, penjarahan, dan provokasi yang memicu kerusuhan serta mengobarkan sentimen SARA.”
“Pemuka agama dan kepercayaan harus menjadi suara moral. Hadir menyejukkan umat dengan hati nurani bersih dan akal sehat jernih,” ujar Witi Muntari, Direktur KJHAM.
“Masyarakat diajak saling peduli dan mendoakan bangsa agar Indonesia tetap damai, sejahtera, dan terus maju,” tutup Sunardi Djoko Santoso, Ketua Dai Kamtibmas Polda Jawa Tengah.
BACA JUGA: Undian Tabungan Bima Bank Jateng, Perawat Gunung Kidul Raih Mobil Listrik
Para tokoh menekankan bahwa tragedi akhir Agustus 2025 harus menjadi momentum introspeksi bagi seluruh elemen negara. Baik pemerintah, aparat, maupun rakyat. Tanpa perbaikan fundamental berbasis moralitas, mereka menilai potensi konflik akan terus muncul dan mengancam persatuan bangsa.
“Akumulasi kekecewaan bisa meletus kapan saja jika tidak ada penyikapan dengan kebijaksanaan,” ujar Setiawan Budy Koordinator Pelita Jawa Tengah. (*)
Editor: Farah Nazila