Gaya Hidup

Viral Bajaj di Semarang: Unik untuk Wisata, Berisiko untuk Transportasi Kota

×

Viral Bajaj di Semarang: Unik untuk Wisata, Berisiko untuk Transportasi Kota

Sebarkan artikel ini
bajaj semarang
Menikmati suasana Kota Semarang sore hari saat naik bajaj. (Yuni Esa Anugrah/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Kehadiran bajaj di Kota Semarang dipromosikan sebagai gaya hidup baru. Moda transportasi roda tiga ini bahkan viral di media sosial karena dianggap unik, nostalgia, dan seru untuk konten. Namun, sebagian masyarakat justru menilai kehadiran bajaj sama saja dengan “mundur ke zaman dulu”.

Theresia Tarigan, pengamat transportasi Semarang, menilai klaim bajaj sebagai gaya hidup baru tidak sepenuhnya tepat. Menurutnya, kehadiran bajaj memang bisa membantu segmen tertentu, tetapi bila difungsikan di pusat kota justru kontraproduktif terhadap pembangunan transportasi modern.

“Kalau di permukiman atau pasar, itu bisa solusi. Tapi kalau di pusat kota atau jalan besar, jelas kemunduran karena risikonya tinggi. Bajaj roda tiga ini tidak aman berbaur dengan kendaraan cepat,” tegas Theresia saat beritajateng.tv hubungi via panggilan WhatsApp.

Antara Gaya Hidup Baru atau Kemunduran

Menurut Theresia, promosi bajaj sebagai gaya hidup baru lebih tepat untuk wisata jarak dekat atau konten hiburan semata.

“Kalau untuk wisata di area tertentu, misalnya Kota Lama atau Pecinan, mungkin masih menarik. Orang bisa coba sekadar fun atau bikin konten. Tapi kalau dijadikan transportasi utama di jalan besar, jelas kemunduran,” paparnya.

Ia menegaskan bahwa skala kota tidak bisa hanya melihat bajaj dari sisi lifestyle atau tren media sosial.

“Transportasi publik itu harus berorientasi keselamatan, efisiensi, dan keberlanjutan. Jadi jangan sampai gaya hidup baru justru membuat sistem transportasi kita mundur,” katanya.

BACA JUGA: Khawatir Pemasukan Berkurang, Ojol-Sopir Angkot Semarang: Sudah Minim, Ngenes Kalau Ada Bajaj

Theresia menekankan bahwa keselamatan harus menjadi prioritas utama. Menurutnya, kondisi jalan besar di Semarang dengan lalu lintas padat dan kecepatan kendaraan tinggi tidak cocok untuk moda seperti bajaj.

“Kalau di jalan besar, risiko bersenggolan dengan mobil cepat sangat tinggi. Saya pribadi tidak berani naik di jalur seperti Pandanaran atau Sultan Agung. Keselamatan nomor satu. Lebih baik bajaj dibatasi di area tertentu,” jelasnya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan