BLORA, 17/3 (BeritaJateng.tv) – Peringatan satu abad perjuangan Samin Surosentiko yang digelar di Pendopo Pengayoman, Desa Ploso Kediren, Kecamatan Randublatung, Blora, pada Selasa (15/3/2022) kemarin dihadiri Walikota Sawahlunto Deri Asta, S.H.
“Pak Walikota Sawahlunto, beliau jauh-jauh datang dari Sumatera Barat ini menyambung paseduluran sedherek – sedherek wonten Blora meniko, terima kasih Pak Walikota kehadirannya,” ucap Bupati Blora.
Sebelumnya, telah diselenggarakan seminar kebudayaan ‘penguatan sejarah Samin Surosentiko sebagai cagar budaya warisan budaya tak benda’ pada Selasa siang.
Kemudian dilakukan pemutaran film Geger Samin, penampilan klonengan Sami Wiji, dan Kidungan Wiji Kendeng.
Puncak peringatan pada Selasa malam, dilaksanakan kegiatan Jagongan bertemakan “Panglingo Wonge Ojo Pangling Swarane, Laku Sikep Kanggo Donya”
Ditambahkan Bupati, hal tersebut salah satunya merupakan bentuk komitmen beliau, bahwa memang kita punya hubungan antara Blora dan Sawahlunto.
“Saya merasa bahagia malam ini bisa hadir disini, ini ide gagasan dari mas Gunretno untuk memperingati satu abad Mbah Samin Surosentiko,” ucap Bupati Arief Rohman
“Kami Pemerintah Kabupaten Blora menyampaikan terimakasih apresiasi setinggi-tingginya kepada anak turun temurun Mbah Samin Surosentiko, para sedulur Sikep, khususnya yang dari Blora atas sumbangsihnya selama ini perannya dalam rangka membangun Kab Blora yang sangat luar biasa,” lanjutnya.
Dikatakan Bupati, kita ingin kedepan bersinergi antara sedulur sikep dengan pemerintah, bagaimana kita ingin tadi ajarannya Mbah Samin kita sepakat bisa memberikan kemanfaatan untuk masyarakat untuk warga sedulur Sikep.
“Kedepan itu kita juga ingin mendukung bahwa Samin itu identik dengan Blora, nantinya kita ingin kerjasama antara Blora dengan Sawahlunto bagaimana kita saling bisa mendukung, dalam rangka nguri-nguri ajaran Mbah Samin,” ucapnya
Walikota Sawahlunto menyampaikan, bahwa ia hadir untuk bersilaturahmi dengan sedulur sikep yang ada disini. Selain itu, di Sawahlunto saat ini juga masih ada keturunan-keturunan keluarga Mbah Samin.
“Kami terima kasih diundang ke sini dan kami memang khusus menyediakan waktu untuk berkumpul bersilaturahmi dengan saudara saudara kami disini, karena di Sawahlunto ini masih ada keturunan-keturunan keluarga Mbah Samin yang terkumpul dalam keluarga Dulur Tunggal Sekapal, ini konon katanya yang satu kapal bersama sama sampai ke Sawahlunto,” papar Deri Asta
Walikota Deri Asta kemudian bercerita terkait sejarah Mbah Samin saat berada di Sawahlunto.
Disampaikannya bahwa saat itu pemerintah kolonial melakukan penambangan batu bara di wilayah Sawahlunto dan membutuhkan tenaga kerja yang banyak.
“Pemerintah kolonial mengeluarkan semacam surat bagaimana tenaga-tenaga ini memanfaatkan tahanan di wilayah jajahan pada dahulu salah satunya tokoh masyarakat disini Mbah Samin Surosentiko yang termasuk yang ditangkap dan dijadikan tahanan perang,” terang Walikota
Dijelaskannya, tahanan yang berada di pertambangan batu bara itu adalah tahanan yang terakhir dan termasuk tahanan yang berat, kalau orang ke Sawahlunto berarti pelanggarannya menurut Belanda adalah pelanggan berat.
Bahkan, Samin Surosentiko bersama beberapa pengikutnya dijadikan buruh tenaga kerja paksa untuk menambang batu bara. Karena dianggap sebagai tahanan yang berbahaya, Ia juga dirantai.
Mbah Samin dan para pekerja tambang lainnya pun hanya diberikan identitas berupa nomor, bahkan sampai saat meninggal.