BACA JUGA: Festival Syawalan Klenteng Sam Poo Kong Ramai Pengunjung
Menurutnya, festival kali ini berlangsung jauh lebih semarak dari pada tahun sebelumnya.
“Pesertanya bertambah banyak, suasana lebih meriah, dan dukungan masyarakat luar biasa. Tahun depan, Pemerintah Kota Semarang akan ikut berpartisipasi secara langsung agar festival ini semakin hebat,” ujarnya.
Agustina juga menyampaikan komitmen jangka panjang Pemerintah Kota Semarang dalam mendukung pengembangan wisata budaya berbasis sejarah Cheng Ho.
Salah satunya melalui pembangunan kembali jembatan penghubung rute karnaval serta rencana pendirian Museum Maritim Cheng Ho di kawasan Kota Lama. Sebagai bagian dari kerja sama kota-kota dalam jaringan Jalur Sutra Maritim Dunia.
“Kita ingin 2026 lebih meriah lagi. Infrastruktur, hiasan, hingga narasi sejarahnya kita siapkan lebih matang. Agar pada 2027 Semarang bisa jadi tuan rumah wisata budaya skala internasional,” tegas Agustina.
Sementara itu, Ketua Yayasan Sam Poo Kong Semarang, Mulyadi Setiakusuma, menyampaikan rasa syukurnya atas dukungan berbagai pihak. Termasuk dari Pemerintah pusat, Pemprov Jawa Tengah, dan Pemkot Semarang.
“Kami berterima kasih atas atensi dari pemerintah pusat, hadirnya utusan khusus presiden Bapak Profesor Dr. Purnomo Yusgiantoro, kehadiran langsung Ibu Wali. Ini menjadi semangat bagi kami untuk terus mengembangkan Festival Cheng Ho agar lebih besar dan melibatkan kota-kota lain di Indonesia,” kata Mulyadi.
Mulyadi juga menekankan bahwa Laksamana Cheng Ho adalah simbol perdamaian dan akulturasi. Kehadirannya di Semarang meninggalkan warisan budaya yang masih hidup hingga kini, seperti lumpia sebagai ikon kuliner Tionghoa-Jawa.
“Festival ini bukan milik satu komunitas, tapi untuk seluruh warga Semarang. Ini adalah kekuatan budaya yang menyatukan, bukan memecah. Semakin kita jaga, semakin kuat ekonomi dan toleransi kota ini,” tambah Mulyadi
Festival Cheng Ho 2025 menjadi penanda penting bahwa Semarang bukan hanya kota sejarah. Tetapi juga kota masa depan: terbuka, harmonis, dan penuh potensi. (*)
Editor: Elly Amaliyah