TBC terjadi ketika daya tahan tubuh seseorang menurun. Sehingga badan akan terasa cepat lemas terus menerus.
7. Nyeri Pernafasan dan Batuk
Perkembangan infeksi bakteri di paru menyebabkan terjadinya peradangan yang meningkatkan produksi lendir di paru. Penumpukan sel-sel mati di paru yang berasal dari serangan bakteri TBC semakin menghambat keluar masuknya udara ke paru.
Sebagai penyakit saluran pernafasan, TBC dapat menular dan menyebar dengan cepat. Penularan TBC terjadi melalui udara ketika penderita aktif melepaskan bakteri ke lingkungan sekitar saat batuk atau bersin. Udara yang mengandung bakteri tersebut bisa terhirup oleh orang lain, menyebabkan infeksi.
BACA JUGA: Kasus TBC di Jateng Tinggi, Butuh Penanganan Jemput Bola
Ada dua kondisi yang mungkin terjadi setelah seseorang terpapar bakteri penyebab TBC, yaitu TBC laten dan TBC aktif. TBC laten terjadi ketika bakteri berada dalam tubuh namun tidak aktif berkat sistem kekebalan yang kuat.
Namun, bakteri ini bisa menjadi aktif kembali saat kekebalan tubuh menurun. Pada TBC aktif, bakteri menjadi aktif dan menimbulkan gejala-gejala TBC, sehingga penderita bisa menularkan penyakit ini ke orang lain.
Terkait dengan deteksi dini, untuk mendeteksi TBC melibatkan berbagai metode, termasuk Tes Cepat Molekuler (TCM) yang mampu mengidentifikasi infeksi TBC serta resistensi bakteri terhadap obat. Pemeriksaan penunjang lainnya meliputi rontgen dada, tes dahak, dan tes Mantoux.
Jika terdiagnosis, pengobatan TBC harus dilakukan dengan patuh dan konsisten. Pengobatan ini minimal berlangsung selama enam bulan dan bisa mencapai 24 bulan tergantung tingkat keparahan dan respons pasien terhadap terapi.
Meskipun TBC penyakit yang menular, namun TBC dapat dicegah. Untuk mencegah penularan TBC, diperlukan upaya seperti menggunakan masker, menjaga kebersihan diri, memastikan sirkulasi udara yang baik, dan menjalani vaksinasi BCG. Selain itu, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti mencuci tangan, menjaga kebersihan lingkungan, dan mengonsumsi makanan bergizi sangat penting. Dukungan dari lingkungan sekitar, termasuk peran Pengawas Menelan Obat (PMO), sangat krusial dalam memastikan keberhasilan pengobatan TBC.
Pemerintah Indonesia menargetkan eliminasi TBC pada tahun 2030 dan Indonesia bebas TBC pada tahun 2050 dengan strategi komprehensif yang melibatkan berbagai sektor masyarakat. Salah satunya melalui gerakan atau kampanye Temukan Tuberkulosis, Obati Sampai Sembuh (TOSS) TBC di Indonesia yang menargetkan 90 persen penurunan insiden TBC dan 95 persen penurunan kematian TBC pada tahun 2030.
BACA JUGA: Pemkot Semarang Jalankan Layanan ILP Hingga Tingkat RW, Minimalisir Angka Kesakitan dan Kematian
Kini, sekitar 15 orang meninggal dunia setiap jamnya akibat TBC. Hal ini menunjukkan betapa mematikannya penyakit ini jika tidak segera tertangani.
Oleh karenanya, jika masyarakat menemui gejala TBC seperti batuk, demam, berkeringat di malam hari tanpa aktivitas dan berat badan turun, segera obati. Untuk biaya tidak perlu khawatir karena pemerintah memberikan obat TBC secara gratis.
Mari kita waspada TBC, segera periksa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Untuk mengetahui informasi terkait TBC masyarakat dapat mengakses website tbindonesia.or.id. (*)
Editor: Farah Nazila