Gaya Hidup

Yandy Laurens Ungkap Akar Tokoh Film Sore: Keberhasilan Diri Lahir dari Cinta Tanpa Syarat

×

Yandy Laurens Ungkap Akar Tokoh Film Sore: Keberhasilan Diri Lahir dari Cinta Tanpa Syarat

Sebarkan artikel ini
raditya dika film sore
Raditya Dika (kanan) dan sutradara film Sore, Yandy Laurens dalam podcast. (YouTube/Raditya Dika)

SEMARANG, beritajateng.tv – Sutradara dan penulis film Sore: Istri dari Masa Depan, Yandy Laurens, mengungkap sisi emosional dan psikologis di balik penciptaan karakter dalam filmnya.

Saat menjadi bintang tamu di podcast Raditya Dika baru-baru ini, Yandy menyampaikan bahwa keberhasilan seseorang berakar dari cinta tanpa syarat (unconditional love) yang seharusnya tertanamkan sejak masa kanak-kanak.

“Keberhasilan diri itu lahir dari unconditional love. Yang harusnya terisi sejak enam tahun pertama hidup kita oleh orang tua,” ujar Yandy, seperti beritajateng.tv kutip dari kanal YouTube Raditya Dika.

Namun, Yandy menyadari bahwa tak semua orang mendapatkan cinta yang sepenuhnya tulus dari keluarga. Menurutnya, pengalaman masa kecil sangat memengaruhi harga diri (self-worth) seseorang, termasuk tokoh Jonathan dalam filmnya.

“Ada hipotesis, Jonathan punya kebiasaan buruk karena harga dirinya terbentuk dari cinta masa kecil yang bersyarat. Karena merasa tidak dicintai sepenuhnya, dia jadi enggak mencintai dirinya sendiri,” jelasnya.

BACA JUGA: Ide Terlalu Cerdas, Film Sore Ternyata Kena Penolakan Berkali-kali Investor Sampai Bikin Sutradara Kena Mental!

Yandy menyebut bahwa ketika seseorang merasa bahwa ia berharga, ia akan cenderung memilih hal-hal yang lebih baik dalam hidupnya. Sebaliknya, jika merasa hancur dan tidak cukup baik, akan muncul rasa menyalahkan diri sendiri (self-blame), bahkan mempertanyakan apakah mereka layak mendapat hal yang baik.

“Kadang jadi kayak, ‘ngapain gua berharap banyak?’ atau bahkan mikir, ‘emang gua pantas punya pilihan yang baik?’” kata Yandy.

Dalam diskusi tersebut, Yandy juga menyoroti dinamika emosi antara anak dan orang tua yang tidak hadir. Ia mengangkat contoh tokoh Jonathan yang tidak membenci ayahnya secara total, tapi juga tak ingin bertemu dengannya, sebuah konflik batin yang rumit namun nyata.

“Dekat sama bapaknya aja itu udah kayak pengin ketemu, pengin ada penjelasan, tapi juga malas banget ketemu,” ujarnya. “Beberapa teman gue pun cerita kayak gitu. Di tinggal ayah sejak kecil, tapi menjelang nikah tiba-tiba muncul dorongan kuat buat ketemu.”

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan