SEMARANG, beritajateng.tv – Belakangan ini, mendaki gunung menjadi aktivitas yang kian populer di kalangan anak muda, khususnya Generasi Z atau Gen Z.
Akan tetapi, yang menjadi bahaya, mendaki gunung bukanlah jalan-jalan biasa. Jika hanya didasari FOMO (Fear of Missing Out), mendaki gunung bisa menjadi malapetaka.
Naomi Daviola misalnya. Remaja berusia 17 tahun itu sempat tersesat dan hilang selama tiga hari di Gunung Slamet. Ia yang belum memiliki cukup pengalaman nekat mendaki Gunung Slamet karena ingin mencoba hal baru.
“Kalau dibilang FOMO, saya FOMO, tapi saya bukan naik terus turun gitu aja. Sebelum naik udah mastiin fisik kuat, bawaan juga sesuai,” katanya kepada beritajateng.tv, Rabu, 9 Oktober 2024.
Gen Z dengan sikap FOMO-nya seringkali menganggap mendaki gunung bukan sebagai kegiatan penuh risiko. Bagi mereka, mendaki adalah sarana healing, rekreasi, hingga eksistensi.
Salah satu gen Z yang juga hobi mendaki gunung, M Iqbal Amari, tak menampik jika salah satu tujuannya mendaki gunung adalah untuk kebutuhan konten di sosial medianya.
Meski begitu, ia enggan disebut pendaki FOMO. Pasalnya, ia telah rutin melakukan pendakian sejak tahun 2016 silam.
“Kalau buatku, tujuan naik gunung untuk explore keindahan, olahraga, mengisi waktu luang, dan kepentingan konten,” ungkapnya kepada beritajateng.tv, Kamis, 10 Oktober 2024.
BACA JUGA: Ini Sosok Zhafirah Zahrim Febrina, Pendaki Gunung Marapi yang Viral
Begitu juga Arina Zulfa. Perempuan yang kini berusia 22 tahun memandang mendaki gunung adalah sarana untuk jeda sejenak dari penatnya aktivitas sehari-hari. Juga sebagai ajang pembuktian diri.