SEMARANG, beritajateng.tv – Kita sering kali menemukan istilah-istilah baru di media sosial. Misalnya seperti spill the tea, salty, red flags, beige flags, ghosting, YOLO, FOMO, dan sebagainya.
Biasanya, istilah-istilah baru itu diciptakan dan dipopulerkan oleh para Generasi Z atau Gen Z. Pertanyaannya, kenapa para Gen Z hobi sekali membuat istilah baru dalam komunikasi sehari-hari?
Peneliti Bahasa dan Budaya Universitas Negeri Semarang (Unnes), Dr. Dhoni Zustiyantoro, menilai fenomena banyaknya istilah baru di kalangan Gen Z adalah dampak dari perkembangan teknologi.
Seperti diketahui, Gen Z tumbuh di tengah teknologi digital, salah satunya media sosial. Adanya media sosial itu, kata Dhoni, membuat Gen Z rentan terpapar berbagai budaya dan gaya komunikasi yang beragam.
BACA JUGA: Minim Uang Tunai, Gen Z di Semarang Semakin Cashless
“Gen Z tumbuh bersama media sosial, yang mana memfasilitasi komunikasi yang demikian cepat juga. Di situlah muncul istilah-istilah baru dan menjadi bagian dari refleksi Gen Z bahwa mereka memang penuh dengan kreativitas,” kata Dhoni kepada beritajateng.tv, Senin, 4 November 2024.
Menurut Dhoni, kecepatan Gen Z dalam membuat, memperbarui, hingga menyebarkan bahasa memperlihatkan kecenderungan mereka yang bukan hanya sebagai konsumen saja. Akan tetapi, juga sebagai produsen atau kreator.
Artinya, Gen Z memiliki kreativitas dan keinginan untuk memperbarui dan mengkreasikan kebahasaan.