SEMARANG, beritajateng.tv – Kejadian Luar Biasa (KLB) campak yang terjadi di Kabupaten Sumenep kembali membuka mata publik tentang ancaman serius penyakit ini.
Menanggapi hal tersebut, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengadakan seminar media yang membahas “KLB Campak pada Anak dan Update Rekomendasi Vaksinasi IDAI” pada Rabu, 27 Agustus 2025.
Campak adalah penyakit infeksi virus akut dengan tiga fase yakni demam, ruam merah yang menyebar dari kepala ke seluruh tubuh, dan penyembuhan.
Namun, bila ada komplikasi, dampaknya bisa fatal. Komplikasi campak meliputi radang paru (pneumonia), diare, radang otak (ensefalitis), hingga infeksi telinga tengah.
BACA JUGA: Viral Balita Minum Obat Steroid Agar Gemuk, IDAI Peringatkan Bahayanya, Jangan Macam-macam!
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI, Prof. Dr. dr. Edi Hartoyo, SpA., Subs IPT(K), menyampaikan bahwa faktor risiko paling besar anak alami dengan gizi buruk, daya tahan tubuh rendah, atau kekurangan vitamin A. Bahkan, pada bayi dan balita, demam tinggi akibat campak bisa memicu kejang.
Dokter Edi juga menegaskan bahwa tingkat penularan campak bahkan lebih tinggi daripada Covid-19.
“Kalau Covid-19 bisa menularkan ke 8-10 orang, satu anak dengan campak bisa menularkan ke 12 hingga 18 anak lain. Ini sangat tinggi dan berbahaya,” jelasnya.
Pencegahan penularan dengan isolasi dan imunisasi
Tata laksana pengobatan campak hanya berupa terapi suportif, mulai dari obat penurun panas, pemberian cairan, antibiotik bila ada infeksi sekunder, hingga vitamin A untuk membantu proses penyembuhan.
“Jika ada anak yang terkena campak, sebaiknya isolasi sejak demam pertama hingga ruam menghitam dan mengelupas. Itu masa paling menular,” jelas dokter Edi.
Namun, pencegahan paling efektif tetap imunisasi campak-rubella (MR). Tanpa vaksinasi, risiko KLB akan terus berulang, terutama di daerah dengan cakupan imunisasi rendah.