SEMARANG, beritajateng.tv – Di tengah hiruk-pikuk Kota Semarang yang terus tumbuh menjadi kota metropolitan, masih ada tempat sederhana yang menyimpan kisah panjang para perantau kecil. Namanya Pondok Boro, penginapan sosial yang sudah berdiri sejak tahun 1926 berlokasi di Kelurahan Kauman, Kecamatan Semarang Tengah.
Pondok Boro menjadi tempat para pekerja dan pedagang kecil bisa beristirahat dengan tenang hanya dengan membayar Rp4.000 per malam.
“Di sini sifatnya sosial, Rp4.000 itu sudah termasuk listrik dan kamar mandi,” kata Taryono, pengelola Pondok Boro, saat ditemui di lokasi pada Kamis, 16 Oktober 2025.
BACA JUGA: Murah Banget, Begini Potret Penginapan Termurah di Semarang, Cuma Rp4 Ribu Semalam!
Pria yang kerap disapa Yono itu awalnya merantau dari Kebumen dan kini mengelola pondok ini selama lebih dari 15 tahun. Menurutnya, Pondok Boro bukan sekadar tempat menginap murah.
Lebih dari itu, ia menjadi rumah kedua bagi para perantau, kuli, pedagang keliling, dan sopir yang datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah, bahkan luar kota.
“Kami di sini saudara. Kalau ada yang kesulitan bayar, ya kita hampiri dan cari solusi bareng-bareng,” ujarnya.
Pondok Boro: Rp4.000 untuk atap, cahaya, dan rasa kekeluargaan
Dengan tarif Rp4.000 yang tak berubah sejak 2020, fasilitas Pondok Boro terbilang sederhana. Terdapat sekitar 90-an penghuni tetap yang tinggal di deretan gang-gang kecil yang diberi nama Gang Tengah, Gang Lor, hingga Gang Sragen.
“Dulu gratis. Tapi karena ada biaya listrik dan perawatan, akhirnya ada iuran kecil, dulu Rp2.000 dan sekarang naik jadi Rp4.000. Dari dulu sampai sekarang ya terus jalan,” tuturnya.
“Kamar mandi enam, WC enam. Ya, semuanya ala kadarnya, yang penting bersih dan nyaman untuk tidur,” lanjutnya.
Mereka yang ingin tinggal di Pondok Boro tak perlu banyak syarat. Hanya KTP dan penanggung jawab yang bisa dihubungi jika terjadi sesuatu.