SEMARANG, beritajateng.tv – Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Walisongo Semarang menyerukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pasca tragedi yang menimpa mahasiswa di Desa Getas, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal.
Ketua DEMA UIN Walisongo, Muhammad Mu’tasim Billah, menegaskan perlunya langkah konkret dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) untuk memperkuat sistem pengawasan dan pendampingan mahasiswa di lapangan.
“Kami akan mengajukan audiensi dengan LP2M sebagai bentuk kritik dan evaluasi. Ke depan, pengawasan dari pihak kampus dan kemahasiswaan harus ditingkatkan,” ujar Mu’tasim usai aksi solidaritas di Landmark UIN Walisongo Semarang pada Rabu, 5 November 2025 malam.
Menurutnya, selama ini satu dosen pembimbing lapangan (DPL) sering kali menangani dua desa atau dua posko sekaligus, sehingga proses monitoring terhadap mahasiswa tidak maksimal.
BACA JUGA: Begini Kronologi Mahasiswa KKN UIN Walisongo yang Hanyut di Sungai, Berlokasi di Kendal
Ia berharap sistem pendampingan dapat diperbaiki dengan prinsip satu desa satu dosen pembimbing agar keselamatan dan efektivitas kegiatan KKN lebih terjamin.
“KKN mandiri kemarin minim pengawasan. Dosen pembimbing hanya turun dua sampai tiga kali. Ke depan perlu keseimbangan baru antara LP2M dan kemahasiswaan dalam mengawal kegiatan KKN,” lanjutnya.
Senada dengan itu, Koordinator Lapangan DEMA, Moh As’ad, menilai bahwa perlu ada koreksi sistem pengawasan LP2M agar mahasiswa mendapatkan hak pembinaan dan pendampingan yang layak selama KKN berlangsung.
“Satu DPL yang membimbing dua kelompok itu jadi catatan penting. Ini bukan soal takdir atau kesalahan korban, tapi soal sistem yang perlu di perbaiki agar tidak terulang lagi,” kata As’ad.
Ia menegaskan, tragedi hanyutnya mahasiswa KKN menjadi pelajaran besar bagi seluruh civitas akademika UIN Walisongo untuk memperkuat aspek keamanan, komunikasi, dan supervisi lapangan.













