Jateng

Pernyataan Cucun Ahmad “MBG Tak Butuh Ahli Gizi” Bikin Heboh, Begini Fakta-faktanya!

×

Pernyataan Cucun Ahmad “MBG Tak Butuh Ahli Gizi” Bikin Heboh, Begini Fakta-faktanya!

Sebarkan artikel ini
MBG Pesantren | mbg blora
Penyajian makanan di SPPG Ngawen 1 Blora, sebelum disalurkan ke penerima manfaat. (Heri/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Pernyataan Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, mengenai keberadaan tenaga ahli gizi dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sempat memicu kontroversi besar di masyarakat.

Ucapan Cucun yang menyebut bahwa program ini bisa berjalan tanpa melibatkan ahli gizi, cukup dengan pengawas gizi, langsung menuai kritik tajam.

Banyak yang menilai pernyataan ini bertentangan dengan prinsip utama MBG yang berfokus pada pemenuhan gizi seimbang untuk masyarakat.

BACA JUGA: Tak Hanya untuk Siswa Sekolah, MBG Penuhi Gizi 1,3 Juta Lebih Ibu Hamil-Menyusui dan Balita Non-PAUD

Polemik ini semakin memanas setelah potongan ucapan Cucun beredar luas di media sosial, memicu perdebatan panas.

Dalam merespons hal tersebut, pihak Badan Gizi Nasional (BGN) langsung mengeluarkan penegasan resmi, yang kemudian diikuti dengan klarifikasi dan permohonan maaf dari Cucun.

1. Ucapan “Tidak Perlu Ahli Gizi” yang Menjadi Sorotan

Kontroversi berawal dari komentar Cucun mengenai solusi atas terbatasnya jumlah tenaga ahli gizi yang mendukung Program MBG.

Dalam pembahasan tersebut, Cucun sempat mengusulkan untuk mengganti istilah “ahli gizi” menjadi “pengawas makanan bergizi”.

Potongan ucapan ini segera viral, dengan banyak pihak yang menyalahartikan sebagai upaya untuk menghapuskan peran ahli gizi dalam program tersebut.

2. BGN Tegaskan Ahli Gizi Adalah Unsur Kunci dalam SPPG

Merespon reaksi luas yang berkembang, Kepala BGN, Dadan Hindayana, segera mengeluarkan pernyataan resmi. Ia menegaskan bahwa tenaga ahli gizi merupakan unsur wajib dalam Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menjadi bagian integral dari MBG.

Menurutnya, program ini tidak memiliki standar menu nasional yang seragam, sehingga setiap daerah membutuhkan ahli gizi untuk memastikan pemenuhan gizi yang tepat.

“Setiap SPPG harus ada tenaga yang memahami gizi, dan prioritas kami tetap sarjana gizi,” ujar Dadan Hindayana.

Meski begitu, Dadan juga mengakui bahwa ketersediaan tenaga ahli gizi di Indonesia masih terbatas.

3. Kelangkaan Tenaga Profesional, BGN Buka Peluang Kualifikasi Rekrutmen

Karena jumlah tenaga ahli gizi yang terbatas, BGN pun membuka peluang bagi lulusan dari disiplin ilmu lain yang memiliki kompetensi terkait dengan gizi untuk bergabung dalam program ini.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan