Viral

Viral Nenek Ditolak Bayar Uang Cash Roti’O, Kebijakan Pembayaran Non Tunai Disorot

×

Viral Nenek Ditolak Bayar Uang Cash Roti’O, Kebijakan Pembayaran Non Tunai Disorot

Sebarkan artikel ini
Roti'O. (X/@txtdrkuliner)
Roti'O. (X/@txtdrkuliner)

JAKARTA, beritajateng.tvViral rekaman menampilkan seorang nenek yang terlihat kebingungan saat transaksi pembelian Roti’O. Kejadian tersebut terjadi kawasan Halte Busway Monas dan langsung menyita perhatian publik.

Cuplikan video memperlihatkan penolakan transaksi lantaran pelanggan membawa uang kertas. Kondisi tersebut memicu empati sekaligus kemarahan sejumlah pengguna media sosial. Banyak pihak menilai kebijakan itu terlalu kaku bagi kelompok lanjut usia. Situasi tersebut akhirnya berkembang menjadi perdebatan luas.

Sorotan tajam datang dari seorang pria bernama Arlius Zebua. Melalui unggahan media sosial, Arlius menyampaikan kritik keras terhadap manajemen Roti’O. Ia bahkan menyertakan somasi terbuka kepada PT Sebastian Citra Indonesia selaku pemilik merek. Langkah tersebut memperkuat tekanan publik.

Arlius menilai aturan transaksi berbasis QRIS tidak ramah bagi lansia. Menurutnya, sebagian masyarakat belum siap menghadapi sistem serba digital. “Saya menyampaikan keberatan atas SOP transaksi Roti’O yang hanya menerima QRIS,” tulis Arlius pada akun Instagram pribadinya. Ia merasa kebijakan tersebut mengabaikan realitas sosial.

BACA JUGA: Heboh! Pacar Jule Tiba-tiba Hubungi Aliyah Balqis Usai Viral Berselingkuh dengan Yuka

Selain itu, Arlius menegaskan bahwa akses pangan seharusnya bersifat inklusif. Ia menyebut metode transaksi tidak boleh menjadi penghalang kebutuhan dasar. “Apabila somasi terbuka ini tidak mendapat respons, saya akan mempertimbangkan ulang membeli Roti’O,” ucapnya. Pernyataan tersebut bernada sindiran keras.

Respon publik terus mengalir seiring penyebaran video. Banyak komentar menyoroti urgensi fleksibilitas sistem pembayaran non tunai. Sebagian warganet meminta pelaku usaha memberi alternatif transaksi. Dorongan empati terhadap lansia mendominasi ruang diskusi.

Pengamat sosial perkotaan, Bima Satriya, menilai persoalan tersebut mencerminkan kesenjangan literasi digital. Ia menyebut modernisasi layanan perlu mempertimbangkan keadilan sosial. “Transformasi digital harus berjalan seiring kesiapan masyarakat,” katanya. Menurutnya, pendekatan humanis menjadi kunci.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan