SURABAYA, 24/2 (beritajateng.tv) – Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan Indonesia wajib optimis di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global.
Menurut dia, sepanjang tahun 2022, ekonomi nasional tumbuh 5,31 persen. Industri jasa keuangan menjadi salah satu penyumbang terbesar untuk meredam tekanan tersebut.
“Industri jasa keuangan mampu menunjukkan kinerja positif dan berkontribusi besar, dimana perbankan memiliki permodalan kuat dan likuiditas yang ample di tengah tekanan eksternal tersebut. Nilai tukar juga menunjukkan perbaikan, situasi ini membuat perbankan kita masih dalam kondisi yang sangat memadai untuk melakukan ekspansi kredit sembari serta menjaga permodalan dari ketidakpastian global,” ujarnya di Seminar Global Economy Update, dihelat di Surabaya, Rabu (22/2/2023).
Adapun, penyaluran kredit tumbuh sebesar 10,53 persen (YoY) pada bulan Januari 2023. Sementara DPK tumbuh sekitar 8,03 persen (YoY) pada periode yang sama. Level permodalan bank secara nasional juga sangat tebal, dan berada di angka 25,68 persen per Desember 2022. Kemudian, Alat likuid/non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid/dana pihak ketiga (AL/DPK) dan per Desember 2022 masing-masing sebesar 137,67 persen dan 31,20 persen.
Purbaya juga menjelaskan mengenai perubahan yang cukup signifikan bagi LPS pada UU PPSK, yaitu adanya amanat baru untuk menjalankan program penjaminan polis (PPP). Nantinya, penyelenggaraan ini bertujuan untuk melindungi pemegang polis yang ada di Indonesia.
“Peserta akan memiliki kewajiban untuk membayar iuran awal dan iuran berkala seperti yang telah dilakukan pada industri perbankan. Besaran premi akan diatur dalam PP yang nantinya akan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan DPR,” jelasnya.