SEMARANG, beritajateng.tv – Sebanyak 2.369 desa mandiri energi di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) diyakini dapat melepaskan ketergantungan masyarakat pada energi fosil. Eksistensi desa mandiri energi harapannya dapat membuat masyarakat beralih menuju energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Program desa mandiri energi merupakan gagasan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng sejak tahun 2016. Saat ini, desa mandiri energi terus mengalami perkembangan.
Kehadiran desa mandiri energi di Jateng pun harapannya dapat mewujudkan kedaulatan energi yang berbasis pada potensi lokal.
“Tidak hanya ketahanan energi, tapi kita ingin kedaulatan energi, yang lebih tinggi,” ujar Plt Kepala Dinas ESDM Jateng, Boedyo Dharmawan, Jumat 7 Juli 2023.
“Kalau ketahanan kan cuma tahan, tapi sumbernya bisa dari mana saja yang penting tahan. Kalau kedaulatan lebih mengandalkan dari sumber potensi lokal. Kita sadari betul bahwa potensi lokal harus digali, diidentifikasi, dan dikembangkan,” imbuhnya.
BACA JUGA: Ungkap Potensi Energi Terbarukan di Jateng, Gus Yasin: Ada Banyak Namun Belum Maksimal
Masyarakat Desa Mandiri Energi Mulai Beralih ke Energi Terbarukan
Sebanyak 2.369 desa mandiri energi di Jateng menggunakan jenis energi terbarukan yang berbeda-beda, sesuai potensi yang ada. Sebagai contoh, pembangkit listrik tenaga surya, hidro, panas bumi, sampah, serta pemanfaatan energi non-listrik seperti biodiesel, biogas, biomasa, dan gas rawa.
Menurutnya, masyarakat yang tinggal di desa mandiri energi sudah mulai beralih dari energi fosil menuju energi terbarukan. Potensi energi terbarukan di suatu daerah masyarakat kembangkan dan manfaatkan untuk menggantikan energi fosil supaya tidak ketergantungan.
Misalnya di Desa Pegundungan, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, yang kini memanfaatkan gas rawa atau biogenic shallow gas (BGS). Masyarakat di sana tidak lagi bergantung pada LPG. Hingga kini, gas rawa di desa Pegundungan mampu mengaliri 100 KK.