SEMARANG, beritajateng.tv – Wahana Lingkungan Hidup Jawa Tengah (WALHI Jateng) mengungkapkan bahwa dampak nyata dari krisis iklim adalah meningkatnya suhu di kota-kota besar hingga bahaya tenggelamnya beberapa wilayah pesisir. Hal itu tentu mengakibatkan krisis iklim juga menjadi ancaman serius bagi Kota Semarang.
Iqbal Alma dari WALHI Jateng mengungkapkan, Pantai utara Jawa akan menjadi area yang sangat terdampak perubahan iklim. Menurut prediksi BMKG tahun 2032-2040, Iqbal menerangkan bahwa suhu harian bumi akan meningkat banyak dan hari-hari kering makin panjang.
Hal tersebut nantinya berisiko menimbulkan gagal panen, kekeringan, hingga krisis air persih dan pangan. Iqbal menyebut, risiko-risiko tersebut nantinya akan bermuara pada ketidakstabilan sosial dan politik.
“Para ahli memperhitungkan, skenario paling optimis pun, secara bertahap temperatur harian akan terus naik, sampai akhirnya sampai ke taraf mematikan. Orang sudah tidak aman lagi berkegiatan di luar rumah. Sekitar 70-80 tahun lagi, penduduk Pulau Jawa akan mengalami panas mematikan itu sebanyak 200-300 hari dalam setahun,” jelasnya.
Senada, Patria Rizky Ananda, turut menyoroti langkah pemerintah dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan. Ia mengambil contoh pesisir Kota Semarang yang kian dijejaki oleh swasta. Mulai dari permukiman elit, industri hingga reklamasi.
BACA JUGA:Kolaborasi WALHI dan Dekase Lukis Bareng dan Gelar Pameran Bertajuk ‘Krisis’
“Kami mendorong bahwa pesisir itu milik publik, milik nelayan. Tapi kenyataannya pesisir Semarang sudah penuh industri dan rencana reklamasi. Padahal sekitar 300 meter ke arah darat ada magrove, jelas itu akan berdampak pada magrove tersebut,” ungkap Patria.
Terkait hal tersebut, Patria menilai bukan tidak mungkin jika Kota Semarang tenggelam dalam beberapa tahun ke depan. Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah untuk memperbaiki serta mengesahkan kebijakan yang pro lingkungan.