Scroll Untuk Baca Artikel
Kuliner

Omah Budoyo Semarang Berkolaborasi dengan Kopi Phule, Wadah Baru Incar Kreativitas Anak Muda

×

Omah Budoyo Semarang Berkolaborasi dengan Kopi Phule, Wadah Baru Incar Kreativitas Anak Muda

Sebarkan artikel ini
Raden Temenggung Reksobudoyo
Raden Temenggung Reksobudoyo selaku Pembina Omah Budoyo saat menunjukkan barang-barang kuno di Kopi Phule, beberapa waktu yang lalu. (Fadia Haris Nur Salsabila/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tvGrand opening Kopi Phule berlangsung pada 23-24 September 2023 lalu. Menempati bangunan di kawasan Perumahan Permatapuri Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang, Kopi Phule menjadi salah satu kedai yang terpenuhi berbagai peninggalan sejarah koleksi Omah Budoyo.

Raden Temenggung Reksobudoyo selaku Pembina Omah Budoyo mengatakan, pembukaan Kopi Phule merupakan salah satu ikhtiar pihaknya dalam melestarikan sejarah budaya nusantara. Ia menerangkan, Kopi Phule secara khusus menyasar pengunjung dari kalangan kawula muda.

“Harapannya semoga ada yang seperti Kopi Phule buat tempat tongkrongan. Jangan sampai lupa melestarikan sejarah budaya nusantara, karena nanti akan hilang kalah dengan budaya internasional,” kata Pembina Omah Budoyo, Raden Temenggung Reksobudoyo, beberapa waktu yang lalu.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Omah Budoyo telah aktif selama 10 tahun terakhir. Berawal dari sekedar pertemuan rutin antar pelestari budaya, dalang, hingga pelukis di sekitar Kota Semarang, Omah Budoyo kini mengemban visi-misi serius. Yakni untuk melestarikan harta karun atau warisan-warisan budaya nusantara, khususnya kepada generasi muda.

BACA JUGA:Padukan Budaya Nusantara dan Tempat Nongkrong, Kopi Phule Semarang Sajikan Kuliner Bernuansa Sejarah dan Kebudayaan

“Siapa lagi kalau bukan kita yang mengawalinya, memberikan edukasi pada muda-mudi zaman sekarang. Kalau nggak ada pejuang budaya untuk mengedukasi ke generasi muda ya nanti mereka nggak ada yang tahu,” lanjutnya yang juga seorang Abdi Dalem di Kraton Surakarta tersebut.

Beberapa koleksi Omah Budoyo yang kedai tersebut pamerkan antara lain keris, gong kuno, kain sorjan, hingga beberapa payung dan tombak zaman dulu.

Tolak kesan mistis

Menurut Raden Temenggung Reksobudoyo, beberapa keris bahkan telah berusia ratusan tahun, salah satunya merupakan keris saat era Mataram-Hindu.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan