SEMARANG, beritajateng.tv – Tahun Baru Imlek tinggal menghitung hari. Dekorasi dengan warna serba merah mulai menghiasi sejumlah tempat di Kota Semarang.
Namun, selain beribadah dan sembahyang, ternyata ada sebuah tradisi unik yang masih melekat bagi masyarakat Tionghoa menjelang tahun baru Imlek. Yakni Ciam Si atau ramalan.
Seperti saat beritajateng.tv mendatangi Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Tay Kak Sie, berapa waktu yang lalu. Di tengah gegap gempita persiapan menuju tahun baru Imlek, ada satu wanita yang tengah khusyuk mengocok batang-batang bambu berukuran kecil memanjang yang diletakkan dalam wadah bambu warna merah. Ia sedang melakukan ciam si.
“Klotak..klotak..klotak,” kocoknya hingga satu batang bambu dengan nomor tertentu terlontar jatuh. Setelah itu, ia kemudian melempar dua potongan kayu berbentuk setengah oval yang bernama siao poe itu sembari menanyakan apakah benar nomor tersebut adalah jawaban dari pertanyaan.
“Kalau kayu terbuka semua, berarti jawabannya ‘mungkin’. Jika buka satu tutup berarti ‘iya’. Kalau tutup semua berarti ‘tidak’. Karena suatu jawaban itu tidak hanya iya dan tidak, ada mungkin atau ragu-ragu,” jelas Kepala Operasional Klenteng Tay Kak Sie, Andre Wahyudi kepada beritajateng.tv.
Ciam Si bukan ramalan
BACA JUGA: Berdekatan dengan Pemilu, Perayaan Imlek di Pecinan Semarang Disiapkan Secara Sederhana
Sebenarnya, Andre tak begitu setuju jika Ciam Si orang sebut sebagai ramalan. Menurutnya, Ciam Si adalah tradisi Cina Kuno untuk melihat nasib atau peruntungan seseorang di masa depan.
“Lebih ke penggambaran hidup. Bukan ramalan, tapi petunjuk penggambaran kita di masa depan. Jalan hidup kita seperti apa sih,” lanjutnya.
Lebih jelas, Andre mengatakan, inti dari tradisi Ciam Si ialah memohon atau berdoa kepada para dewa. Ketika seseorang mengocok bambu yang memiliki angka tertentu dan melempar siao poe, kayu itu lah yang menunjukkan jawaban ramalan.