Scroll Untuk Baca Artikel
Jateng

Dorong Mahasiswa PPDS Speak Up, Keluarga: Jangan Biarkan Kematian dr. Aulia Sia-sia

×

Dorong Mahasiswa PPDS Speak Up, Keluarga: Jangan Biarkan Kematian dr. Aulia Sia-sia

Sebarkan artikel ini
Tersangka PPDS | KPK Perguruan | UKT Undip | Jalur Mandiri Undip
Universitas Dipongeroro (Undip) Semarang. (Foto: IKA Undip)

SEMARANG, beritajateng.tv – Keluarga dokter residen atau mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, dr. Aulia Risma Lestari mendorong mahasiswa PPDS di seluruh Indonesia untuk berani bersuara.

Hal tersebut disampaikan oleh kuasa hukum korban, Susyanto. Ia secara tegas membantah dr. Aulia meninggal dunia karena bunuh diri. Menurutnya, korban adalah sebagai sosok yang taat ibadah.

Alih-alih mencari penyebab kematian dr. Aulia, Susyanto ingin para mahasiswa PPDS untuk memanfaatkan momentum ini demi perbaikan sistem pendidikan residen.

“Harapan kami, ayo bareng-bareng saling membantu untuk mengungkap fakta-fakta ini agar kedepannya ada perbaikan di negeri ini,” katanya kepada beritajateng.tv, Selasa, 20 Agustus 2024 malam.

BACA JUGA: Kasus Meninggalnya Mahasiswi PPDS Undip, Keluarga Bantah Akibat Bunuh Diri: Sebut Tak Ada Saksi

Ia ingin semua pihak yang terlibat untuk fokus dalam mengungkapkan dugaan perundungan dalam sistem pendidikan PPDS. Bukannya malah fokus mencari penyebab korban meninggal dunia.

Selain itu, Susyanto juga mengimbau kepada mahasiswa PPDS, khususnya PPDS Anestesi yang masih menempuh pendidikan untuk berani bersuara. Apakah benar sistem pendidikan di PPDS Anestesi menerapkan senioritas yang parah.

“Sehingga kematian almarhumah tidak sia-sia, walaupun pro dan kontra ada, paling tidak Kementerian Kesehatan, Kemendikbud, serta pihak kepolisian ada perubahan yang baik untuk mendidik anak-anak generasi yang akan datang,” sambungnya.

Rektor Undip sebut PPDS Anestesi memiliki tantangan yang berat

Terpisah, Rektor Undip, Suharnomo menyampaikan, mahasiswa PPDS Anestesi memang terkenal memiliki tantangan yang terbilang berat. Alhasil, kebanyakan mahasiswa yang mendaftar di program tersebut adalah kalangan laki-laki.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan