SEMARANG, beritajateng.tv – Kemunculan gangster di Kota Semarang semakin meresahkan. Terlebih, perselisihan antar gangster yang terjadi beberapa waktu lalu sudah memakan korban salah sasaran.
Fenomena gangster Semarang ini pun tak lepas dari sorotan psikolog. Psikolog asal Universitas Diponegoro (Undip), Amalia Rahmandani mengungkap alasan di balik fenomena tersebut yang marak di Kota Semarang.
Amalia menuturkan, area korteks prefrontal pada otak remaja belum berkembang sempurna layaknya orang dewasa. Bagian otak itu membuat manusia mampu berpikir rasional.
“Orang dewasa berpikir dengan korteks prefrontal. Ketika area otak tersebut semakin panjang dan menguat [pembentukannya], maka seseorang akan semakin rasional,” ucap Amalia saat beritajateng.tv hubungi Jumat 20 September 2024 sore.
BACA JUGA: Semarang Darurat Gangster, Polisi Bakal Patroli Besar-besaran
Jika seseorang sudah berpikir rasional, tutur Amalia, maka ia akan berpikir ulang untuk melakukan tindakan merugikan, termasuk bergabung dengan gangster.
“Kalau dia sudah semakin rasional, dia bisa berpikir kalau saya juga bisa mati loh kalau saya ikutan kaya gitu,” sambung Amalia.
Fenomena gangster Semarang: peran orang tua dalam mendidik anak juga berpengaruh
Menurut pandangannya, perilaku gangster di kalangan remaja itu tak terlepas dari peran orang tua dalam mendidik anak sejak kecil.
Oleh sebabnya, tak heran, perilaku gangster seolah-olah ingin menunjukkan bahwa kelompoknya yang terbaik.
“Kalau gangster kan karena memang mau gaya-gayaan, mau kelihatan keren, kelihatan lebih ketimbang yang lain. Kebutuhan orang yang memang dari kecil gak pernah dapet pengakuan dari ortunya,” ucap dia.
Salah satu penyebabnya, kata Amalia, apabila ada omongan orang tua yang menyakiti sang anak.