“Lucunya, di sebelah sana (Jalan Madukoro) itu ada. Padahal kebutuhan di sana dan di sini berbeda. Jalur Madukoro kan ga ada sekolahan, tapi kenapa di sini (Jalan Kokrosono) ga ada feeder BRT,” tandasnya.
Ardan mengaku, tak sedikit siswa bertempat tinggal di perbatasan Kota Semarang. Ia berharap, transportasi umum dapat menyentuh jalan Krokosono untuk memudahkan akses bagi anak-anak didiknya.
“Yang paling jauh Pucang Gading ada, perbatasan-perbatasan ada, yang jangkauannya cukup jauh lah. Tapi kan sebetulnya Pucanggading sudah ada angkutannya kan. Nah dari sininya ga ada, kalau itu ada kan bisa terlayani,” pungkasnya.
BACA JUGA: Tarif BRT Trans Semarang Naik Menjadi Rp 4.000 untuk Pumbayaran Tunai
Pengamat transportasi usulkan perubahan rute
Menanggapi hal ini, founder Komunitas Peduli Transportasi Semarang (KPTS) Theresia Tarigan mengimbau Pemerintah Kota (Pemkot) hendaknya fokus pada armada dan rute yang ramai anak sekolah.
“Contohnya yang dilewati feeder BRT 1 itu Jalan Madukoro dan melewati The Park Mall. Usul saya sebagai founder KPTS, sebaiknya Trans Semarang koridor 6 yang melewati Jalan Madukoro. Sedangkan Feeder 1 sebaiknya melewati Jalan Kokrosono yang banyak sekolah,” ucap Theresia kepada beritajateng.tv, Kamis, 27 Juli 2023.
Sebagai penggiat transportasi umum, ia menggencarkan terlaksananya focus group discussion (FGD) untuk menampung usulan dari masyarakat luas.
“Supaya Trans Semarang dapat melayani segmen yang tepat, yang menurut kami segmen utama adalah anak sekolah dan pekerja dengan jam tertentu yang dapat lebih mudah diberi akses angkutan umum,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi