“Tidak hanya sebagai komunitas tapi juga yayasan, karena kami ingin kegiatan kami tidak hanya terbatas ala kadarnya saja, tetapi betul-betul bisa membantu penelitian di berbagai tempat dan lembaga,” tambahnya.
Rutin ajak generasi muda lestarikan cagar budaya
Lebih lanjut, Sigarda Indonesia memiliki beberapa agenda rutin. Antara lain KO-PI (Kanal Obrolan Pengetahuan dan Informasi), PLA (Pojok Literasi Arkeologi), hingga kegiatan utama yaitu kemah budaya dan jelajah situs.
“Kemah budaya yang pertama di Malang membahas tentang Kerajaan Singosari, yang kedua di Jogja membahas Kawasan Candi Ratu Boko, dan tahun ini rencananya di bulan September mengulik sejarah kereta api di Kota Semarang dan Kabupaten Semarang,” ungkapnya.
Ika berharap, Sigarda Indonesia mampu hadir menyajikan sejarah menjadi cerita yang menyenangkan sehingga dapat ‘memancing’ generasi muda. Terlebih tentang sejarah bangsa di masa lampau.
BACA JUGA: Jam Belajar Siswa Semarang Lebih Singkat Selama Ramadhan, Ini Jadwalnya
Hal itu karena, kata Ika, sejarahlah yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan dan dapat menentukan nasib suatu bangsa kedepannya. Baik sejarah manis ataupun sejarah kelam.
“Benda bisa hilang, tulisan bisa hancur, tetapi memori kolektif itu tidak boleh hilang, bagaimana kita harus menurunkan ke generasi sebelumnya tentang memori suatu bangsa,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila