Meskipun Chat GPT berisi berbagai informasi yang mendukung proses belajar anak, Abdul menegaskan bahwa dalam dunia pendidikan, anak harus beroleh ajaran step by step dalam mencari ilmu. Anak tidak dapat memahami sepenuhnya ketika berhadapan dengan informasi-informasi instan tersebut.
ChatGPT Tak Bisa Gantikan Pendidikan Karakter di Sekolah
ChatGPT memang menjadi tantangan terbaru di dunia pendidikan. Akan tetapi, Abdul optimis chatbot AI itu tak mampu menggantikan peran guru dan sekolah sepenuhnya. Hal itu karena teknologi tersebut tidak mampu mengakomodasi pendidikan nilai karakter.
“Yang tidak dimiliki ChatGPT adalah nilai karakter. ChatGPT bisa mengajarkan matematika, bahasa Inggris, dan lainnya, tapi tidak bisa mengajarkan karakter,” jelas Abdul.
Abdul yakin bahwa pada akhirnya, dunia pendidikan tidak mudah tergantikan dengan modernisasi teknologi. Karena menurutnya, dunia pendidikan bukan sekedar mencerdaskan anak, tapi lebih kepada mendidik. Mendidik sendiri bersifat lebih universal dengan penanaman nilai karakter yang utama.
Mengutip kalimat dari Syaikh Abdul Qadir Al Jailani, “Saya lebih menghormati orang beradab daripada orang berilmu”, Abdul yakin bahwa tujuan pendidikan tidak hanya membuat anak cerdas dengan berbagai ilmu.
Membuat anak memiliki sopan santun dalam kegiatan sehari-hari juga menjadi tujuan pendidikan yang mana tak bisa ChatGPT berikan kepada mereka. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi