Kendati begitu, Sandi mengungkap PT. Pantjatunggal Knitting Mill tetap bertahan di tengah gempuran lemahnya pasar dunia.
BACA JUGA: Sektor Tekstil di Jawa Tengah Terpukul: Banjir Impor dari Tiongkok Sulut PHK
“[Kamibertahan] ya kami berkorban, berkorban dengan cara apa pun. Kami bikin yang bisa kami bikin, seperti masker, APD, bagaimana caranya karyawan kami tetap bisa bekerja,” ungkapnya.
Pihaknya pun berusaha keras agar ribuan karyawannya tetap bisa bekerja di tengah situasi Covid-19 maupun saat ini yang tengah pemulihan.
“Alhamdulillah kami bisa pekerjakan karyawan banyak di sini. Dengan adanya pabrik tetap berjalan, mereka gak kehilangan mata pencaharian mereka. Kami mempunyai niat untuk mempertahankan perusahaan ini,” jelasnya.
Curhat soal UMR hingga keluhkan banyak pabrik yang pindah ke Solo-Salatiga
Lebih lanjut, Sandi berharap gubernur-wakil gubernur terpilih nantinya untuk tak mempersulit perizinan usaha.
“Sarannya untuk tax jangan terlalu mahal, permudah perizinan,” terangnya.
BACA JUGA: Ramai Investor di Tengah Badai PHK Industri Tekstil, Apa yang Terjadi di Jawa Tengah?
Sementara itu, Sandi pun turut mengeluhkan soal upah minimal regional (UMR). Ia mengaku, ada sedikit kendala dengan UMR di Jawa Tengah, utamanya Kota Semarang.
“Kenapa sekarang pabrik-pabrik itu sudah lari ke Solo, Salatiga, Jepara? karena upah dari buyer kami gak pernah naik. Kalau naik pun sedikit, sedangkan UMR kita tiap tahun naik,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi