SEMARANG, beritajateng.tv – Nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat terus tertekan dan kini nyaris menyentuh angka Rp17 ribu per dolar.
Kondisi ini memicu kekhawatiran di kalangan pelaku usaha, khususnya sektor industri yang sangat bergantung pada impor bahan baku.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah, Frans Kongi, menegaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah membawa dampak serius terhadap kelangsungan dunia usaha.
“Situasi ini sangat kurang baik untuk dunia usaha dan untuk perekonomian kita. Pemerintah memang harus betul-betul serius untuk mengendalikan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Ini sangat tidak menguntungkan dan bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi,” ujar Frans saat beritajateng.tv hubungi, Senin, 7 April 2025.
BACA JUGA: Dampak Efisiensi Anggaran, 30 Persen Pesanan Hotel di Semarang Batal-Rugi Ratusan Juta Rupiah
Menurut Frans, sekitar 70 persen bahan baku industri masih berasal dari impor yang pembayarannya menggunakan dolar. Misalnya seperti farmasi dan garmen.
Akibatnya, biaya produksi akan melonjak dan harga jual produk dalam negeri turut naik.
“Ya kita bisa ekspor semua enak, kita juga dapat dolar. Tapi kan tidak mungkin semua ekspor juga. Sedangkan kalau kita pasarkan dalam negeri harga itu mahal dan daya beli masyarakat tidak bisa. Jadi sangat merugikan untuk dunia usaha, terjadi inflasi,” tambahnya.
BRICS bisa jadi solusi
Dalam jangka pendek, lanjut Frans, pengusaha cenderung mengambil sikap wait and see. Mereka menahan ekspansi, mengurangi pembelian bahan baku, dan mempertimbangkan ulang skema produksi.
Respon (1)