KENDAL, 5/5 (BeritaJateng.tv) – Sepekan setelah Idul Fitri, masyarakat Kaliwungu Kabupaten Kendal dan sekitarnya antusias mengikuti tradisi Syawalan, tradisi keagamaan yang kental kearifan lokal, dirayakan dengan berziarah ke makam para Wali, Ulama maupun Kiai.
Sejarah Syawalan di Kaliwungu Kabupaten Kendal berasal dari sebuah peringatan meninggalnya atau Khoul Alim Ulama Besar Kaliwungu yang bernama KH Asy’ari atau lebih dikenal dengan sebutan Kiai Guru, dengan cara menziarahi makamnya setiap tanggal 8 Syawal setiap tahun.
Syawalan merupakan salah satu tradisi dan budaya Islam yang masih hidup sampai saat ini. Syawalan adalah sebuah penghormatan kepada makam-makam orang suci, baik ulama atau kyai.
Dari berbagai sumber yang dihimpun, syawalan merupakan salah satu bentuk penghormatan terhadap makam orang- orang saleh itu di daerah Kaliwungu yaitu dengan cara mengadakan Khoul atau memperingati ulang tahun meninggalnya ulama atau kiai dengan cara menziarahi makam dan melakukan tahlil serta mengirim doa.
Kegiatan Khoul dalam prakteknya diperuntukkan bagi figur tokoh yang sangat dihormati oleh masyarakatnya, bukan untuk masyarakat umum.
Khoul yang paling besar di kaliwungu adalah khoul KH Asy’ari yang dilaksanakan setiap tanggal 8 Syawal yang kemudian disebut sebagai Syawalan.
Syawalan ini adalah sebuah acara komunal yang berlandaskan syariat namun lebih kental dengan nuansa kebudayaannya.
Kondisi ini tidak terlepas dari karakteristik kota Kaliwungu sebagai Kota Santri yang mengakar dalam kehidupan seluruh lapisan masyarakatnya hingga generasi sekarang.
Pada mulanya Syawalan merupakan bentuk pengabdian seorang santri kepada gurunya yang sudah wafat yang diwujudkan dengan menziarahi makamnya menapaktilas fase sejarah nasab guru-gurunya.
Para santri yang sudah tersebar di berbagai daerah datang bersama sanak saudara dengan penuh keikhlasan untuk mengaktualisasikan eksistensi sifat kesantriannya.
Mochammad Tommy Fadlurohman, salah seorang keturunan dari KH Asy’ari atau Kiai Guru mengatakan, kegiatan Khoul adalah sebuah tradisi yang belum dapat dipastikan tentang kapan munculnya karena tradisi di sampaikan dan dijalankan secara turun temurun melalui lisan tanpa adanya dokumen yang pasti.
“Tradisi Syawalan di Kaliwungu tidak ada yang bisa memastikan tentang kapan tradisi tersebut pertama kali muncul karena tradisi ini sudah berlangsung sejak jaman dulu dan masyarakat Kaliwungu mengikuti apa yang dilakukan oleh leluhurnya,” terangnya, Kamis (5/5/2022).
Pria yang akrab disapa Gus Tommy tersebut merupakan putra dari Hj Nur Fatimah binti KH Mahfudz, bin H Syarbini bin H Syaban bin H Abdul Gohfar, bin KH Muhammad Faqih, bin H Yakub Bin KH Asy’ari atau Kiai Guru.
Ia menjelaskan, Khaul awalnya merupakan kegiatan ziarah mengirim doa di makam KH Asy’ari yang dilakukan oleh keluarga, santri dan handai tolan saja.
“Namun seiringnya waktu, lama kelamaan diikuti oleh masyarakat muslim di Kaliwungu dan sekitarnya,” jelas Gus Tommy.