SEMARANG, beritajateng.tv – Yang muda, yang kreatif. Begitulah sebutan yang pantas untuk tiga orang pemuda yang bernama Wahyudi, Rico Muhammad Nasrullah, dan Agil Bachtiar. Ketiganya merupakan pendiri awal studio pengembang game bernama Leolit Games.
Leolit Games sendiri beralamatkan di Jalan Bulustalan, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang. Hingga saat ini, mereka sudah merilis hampir 11 permainan berbasis android, PC, dan HTML5.
Menurut Wahyudi, CEO Leolit Games, kisah perjalanannya di dunia programmer berawal dari dirinya yang gemar bermain game sejak SD. Berangkat dari situ, ia kemudian bertemu dengan Rico dan Agil dalam sebuah komunitas media sosial.
“Kami ketemunya secara online, kebetulan sama-sama hobi bikin game. Waktu itu ketemu lewat grup Facebook developer game, dan akhirnya pada tahun 2021 kami ada niatan bikin studio game bareng, yang kemudian membentuk Leolit Games hingga saat ini,” kata Wahyudi ketika beritajateng.tv hubungi, Senin 10 Juli 2023.
BACA JUGA: Tak Semudah Memainkannya, Begini Kisah Pembuatan Game dari Hal-Hal Viral
Yude, sapaan akrab Wahyudi, menyebut kecintaanya terhadap bidang IT berawal dari hobi bermain game sejak duduk di bangku SD. Tak cukup hanya memainkan game, Yude kemudian tertarik untuk membuat game versinya sendiri.
“Dulu itu awalnya main game, lama kelamaan penasaran gitu cara bikin game kaya gimana. Awalnya nyoba-nyoba iseng bikin game tapi ya nggak pernah sampai selesai karena nggak konsisten juga,” lanjutnya.
Kini, Yude yang menjabat sebagai CEO sedang menempuh pendidikan di prodi S-1 Ilmu Komputer Udinus. Jurusan yang sesuai dengan passionnya selama ini. Hal tersebutlah yang kemudian mendukung Yude untuk membesarkan Leolit Games hingga saat ini.
Leolit Games Miliki 8 Karyawan
Leolit Game terbentuk secara resmi pada 22 Juni 2021. Meski sampai sekarang masih mengandalkan pendanaan secara mandiri, namun semangat mereka dalam membuat permainan tak pernah hilang.
Yude menjelaskan, permainan pertama yang Leolit Games rilis bertajuk Tower Climber pada tahun 2021 silam. Awalnya pun masih untuk kepentingan kompetisi. Hasilnya, kata Yude, belum memuaskan.