Saat menyelesaikan skripsi pada tahun 2020, Sintya menyebut ada tren kopi literan lantaran Pandemi Covid-19 yang kala itu membatasi aktivitas keluar rumah. Oleh karenanya, ia yang sebelumnya memang pernah bekerja sebagai barista kemudian mencoba peruntungan menjual kopi literan.
“Dulu Covid jamannya kopi literan, akhirnya ngeracik sendiri berdua sama temen. Pertama tawarin ke temen-temen, open pre-order (PO) terus COD. Kita anterin ke mana-mana muterin Semarang, yang penting nama dikenal dulu,” kenangnya.
BACA JUGA: Enaknya Susu Murni Tempo Doeloe, Cocok untuk Musim Hujan, Segelas Cuma Rp8 Ribuan
Singkat cerita, karena semakin banyak peminat dan Pandemi Covid-19 yang telah usai, ia dan temannya kemudian memutuskan untuk membuka kedai offline. Namanya pun ia ambil dari merek kopi literan sebelumnya, yakni Malibu Coffee.
“Malibu itu judul lagu band Lanny kesukaanku, ‘Malibu Night’,” imbuh lulusan Administrasi Publik Universitas Diponegoro Semarang itu.
Awalnya, tempatnya pun hanya di ruangan kecil bekas garasi. Seiring berjalannya waktu, Malibu Coffee menjadi jauh berkembang.
Hingga saat ini, mereka memiliki sekitar 8 karyawan. Sintya pun berharap, Malibu Coffee dapat terus menjadi pilihan nongkrong anak muda Semarang dengan harga terjangkau. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi