Berawal dari jual beli melalui media sosial facebook tersebut, perjalanan Aryo dalam bisnis uang kuno dimulai. Saking seriusnya, ia bahkan sampai menyewa ruko untuk dua tahun.
Tak hanya uang koin, Aryo juga merambah ke uang kertas. Puluhan bahkan ratusan uang kertas kuno ia rawat sedemikan rupa hingga terlihat bersih dan rapi. Masing-masing uang kertas bahkan dimasukkan kedalam plastik.
Toko uang kuno jadi sarana edukasi ke masyarakat
Dagangan uang kuno milik Aryo terlihat memenuhi rak etalase rukonya. Umumnya, ia mendapatkan uang kuno tersebut dari warga Semarang yang mempunyai uang kuno, namun bukan kolektor.
Namun, Aryo mengakui, memang tak semua orang mengerti harga uang kuno. Anggapan bahwa uang kuno selalu mahal masih melekat pada masyarakat. Padahal, tak semua uang kuno memiliki harga tinggi.
“Kalau ada orang yang kesini seharusnya nanti paham, kalau uang kuno itu nggak semuanya mahal. Misal ia membawa uang kuno apa, nah ternyata saya punya banyak, ya pasti harganya nggak mahal karena memang masih banyak beredar,” lanjutnya.
Meski begitu, Aryo berharap mampu terus mengedukasi masyarakat terkait serba serbi uang kuno. Bahkan, tokonya adalah toko uang kuno satu-satunya di Semarang.
“Di Semarang cuma satu mungkin ya, kalau yang berjualan di rumahan banyak sekali, cuma yg berbentuk toko baru ini. Jadi kalau ada uang kuno dari warga sekitar yang ingin menjual ke sini, saya siap menampung, berapapun jumlahnya dan apapun modelnya. Nanti bisa saya kasih harga,” katanya. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto