Bolehkah Ibu Hamil Berpuasa? Ini Jawaban Ahli Gizi

Ibu hamil berpuasa
Ilustrasi. Apa benar ibu hamil boleh berpuasa selama bulan Ramadhan? Sumber: freepik.

SEMARANG, beritajateng.tv – Dalam bulan Ramadan, banyak orang yang mempersiapkan diri sehingga dapat menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Namun, bagi ibu hamil dan menyusui, pertanyaan tentang keamanan dan kesehatan selalu menjadi perhatian utama sebelum memutuskan untuk berpuasa.

Lalu, bolehkan seorang ibu yang sedang hamil atau menyusui ikut berpuasa?

Menurut Vilda Ana Veria Setyawati, S.Gz, M.Gizi, Ahli Gizi asal Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, ibu hamil atau ibu menyusui sebenarnya boleh berpuasa jika memang mereka mampu dan tubuhnya siap untuk menjalankan ibadah puasa.

“Tidak semua ibu (hamil dan menyusui) mampu berpuasa karena takutnya terjadi dehidrasi dan perkembangan janin terganggu. Kalau pun nekat berpuasa sebaiknya atas saran dan pendampingan dokter kandungan,” jelasnya kepada beritajateng.tv, belum lama ini.

Vilda menambahkan, untuk ibu hamil, kondisi yang rentan adalah ketika memasuki trisemester pertama, yaitu di usia kandungan yang masih satu hingga tiga bulan. Pada trimester pertama itulah ibu hamil masih mengalami mual dan muntah dengan intensitas tinggi.

“Kalau memang mampu, harus sadar akan hal-hal yang dilakukan, misal ibu hamil yang berpuasa tetap harus makan tiga kali, saat sahur, saat buka puasa, dan saat menjelang tidur. Jadi meskipun hamil ada treatment khusus,” katanya.

Resiko ibu hamil yang ikut puasa, kata Vilda, adalah perkembangan janin yang tidak tercapai sesuai target. Normalnya, janin berkembang sesuai dengan bertambahnya usia kehamilan.

BACA JUGA: 8 Makanan Sahur untuk Diet, Bagus untuk Kesehatan dan Menjaga Berat Badan

Ibu Hamil Berpuasa Akan Mempengaruhi Pertumbuhan Janin

Perkembangan dan pertumbuhan berat badan janin sangat tergantung pada gaya hidup dan pola makan ibu. Memaksanakan puasa di saat kondisi tubuh tidak memungkinkan dapat menyebabkan perkembangan janin menjadi terhambat dan berisiko membahayakan janin.

Ibu Menyusui Lebih Butuh Banyak Energi
Sedangkan kondisi ibu menyusui ternyata lebih kompleks lagi. Vilda menyebutkan bahwa kondisi ibu hamil dan menyusui yang ingin berpuasa memiliki sedikit perbedaan. Ibu menyusui membutuhkan lebih banyak tambahan energi daripada ibu hamil.

“Ibu hamil rata-rata membutuhkan pertambahan energi 300kkal tiap harinya, kalau menyusui 600-900 kkal tiap harinya. Ada karbohodirat, lemak, protein, vitamin, dan mineral dalam jumlah yang cukup,” jelasnya.

Vilda menambahkan, ibu menyusui yang memaksakan diri untuk berpuasa umumnya menyebabkan sang anak rewel. Pertumbuhan berat badan anak juga tidak tercapai karena kurangnya asupan gizi pada ASI.

“Ini yang banyak menjadi problematika di Indonesia, jadi beberapa ibu kadang menyapih anaknya sebelum enam bulan demi bisa puasa. Yang diperbaiki sebenarnya bukan itu, tapi kualitas makan ibunya. Kadang ibu menyusui makan kaya orang biasa, sahur sama buka, itu salah. Harus ditambah lagi,”

Kuantitas konsumsi makanan ibu hamil ataupun menyusui memang penting demi dapat mengganti asupan yang hilang selama berpuasa di siang hari. Ibu hamil dan menyusui dapat mengacu pada “Isi Piringku” tapi dengan porsi yang lebih besar. Hal tersebut karena energi ibu hamil dan menyusui membutuhkan energi yang berbeda dengan orang pada umumnya.

“Sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing, kalau memang ibunya nggak mampu ya nggak usah. Jangan demi pengen memenuhi kewajiban tapi ada yang harus terkorbankan,” tutupnya (*).

Tinggalkan Balasan