“Ya banyak guru-guru SLB itu dari pendidikan umum. Misalkan S-1 Bahasa Indonesia, S-1 Matematika, S-1 IPS, lah begitu ada kesempatan ikut PPPK, mereka lolos. Akhirnya ngajarlah di SMA/SMK,” paparnya.
Seharusnya, tutur Sadimin, satu guru di SLB memegang lima murid. Oleh karena jumlah guru yang kurang, maka satu guru bisa mengajar 7 hingga 10 murid di SLB.
BACA JUGA: Peliknya Nasib Guru PPPK Jateng, Kepala BKN RI Minta Kepala Daerah Cepat Usulkan Formasi Paruh Waktu
Sadimin menuturkan, tak cuma kekurangan guru, banyak dari mereka yang enggan menjabat sebagai kepala sekolah di SLB.
“Idealnya kan satu guru itu lima murid, tapi ini bisa tujuh, bisa 10 karena kurang guru, termasuk kepala sekolahnya. Kalau suruh seleksi kepala sekolah di SLB itu juga pada kurang semangat, karena apa? ‘Loh, kalau saya nanti kepala sekolah ditempatkan di tempat yang jauh bagaimana?’, seperti itu,” akunya.
Begitu juga yang terjadi dengan pengawas SLB di Jawa Tengah yang jumlahnya juga kurang.
“Termasuk pengawasnya, pengawasnya itu kita juga kurang. Ini khusus yang SLB ya, tapi untuk yang SMA/SMK ini kami tata lagi nanti kekurangannya berapa, agar bisa kami hitung, karena masih ada stok yang swasta tadi ya,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi