SEMARANG, beritajateng.tv – Kabupaten Demak menjadi daerah dengan Indeks Perkembangan Harga (IPH) beras tertinggi. Hal ini terucap langsung dari Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Dyah Lukisari. Musababnya, kabupaten yang berada di Pesisir Utara itu mengalami kekeringan yang cukup parah. Hal itu, kata Dyah, berdampak pada pengurangan jumlah produksi beras.
“Kalau di Jateng itu di daerah yang kering, Demak itu kenaikan IPH-nya tinggi di tingkat nasional. Kemudian tersusul Blora dan Grobogan,” ucap Dyah, Senin 11 September 2023.
Harga Eceran Tertinggi (HET) yang final untuk zona 1 yang mencangkup Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi sebesar Rp 10.900. Sementara, Dyah menyebut rata-rata beras di Jateng berkisar Rp 12.500 per kilogram.
“Sekali pun di Jateng harganya berkisar Rp 12,500 ternyata dibandingkan dengan provinsi lain kita masih lebih rendah kenaikannya. Provinsi DIY dan luar Jawa seperti Kalimantan, itu kenaikannya sampai Rp 3 ribu dari HET,” tegasnya.
BACA JUGA:Tak Hanya Kekeringan, Dinas Ketahanan Pangan Ungkap Pemicu Lonjakan Harga Beras di Jateng
Dyah menyinggung hadirnya Gerakan Pangan Murah (GPM) bukan semata-mata upaya yang dapat dilakukan. Pasalnya, kondisi kekeringan ini sangat berpengaruh pada produksi beras.
Sebut Bulog Beri Jatah 100 ton Beras per Kabupaten/Kota Terdampak Kekeringan
Selain GPM, hal krusial bagi Dyah dalam mengatasi ketersediaan stok beras ini ialah memanfaatkan jatah beras yang Bulog sediakan. Menurutnya, setiap kabupaten/kota se-Jateng yang terdampak kekeringan dengan status siaga sudah dapat memanfaatkan bantuan tersebut.