“Kiai Abdullah Umar dulu termasuk imam Masjid Agung Semarang ini. Beliau mengadakan pengajian yang awalnya hanya untuk kalangan murid saja,” papar Muhaimin.
Bukan hanya membaca Al-Qur’an, Kiai Abdullah Umar saat itu juga menerangkan tafsir dan mengoreksi bacaan yang masih salah.
BACA JUGA: Kuota Haji 2024 Naik, Penjualan Oleh-oleh Khas Tanah Suci di Kauman Semarang Turut Meningkat
“Bagaimana tajwidnya, makhrajnya. Menerangkan fadilah ayat-ayat, ada ijazah khusus yang diberikan saat Ramadan,” lanjutnya.
Seiring berjalannya waktu, tradisi semaan Al-Qur’an di Masjid Kauman tak hanya diikuti oleh murid saja. Tak sedikit masyarakat yang mulai berdatangan.
Usai K.H. Abdullah Umar wafat, tradisi itu tetap berlanjut hingga K.H. Ahmad Naqib Noor Al-Hafidz dan kini oleh K.H. Abdul Hakim.
“Satu hal yang istimewa, kegiatan ini dilaksanakan siang hari, setiap hari, diikuti oleh orang yang sama, mereka sampai meninggalkan pekerjaan,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi