Gaya Hidup

Demi Konten dan Ajang Healing, Benarkah Gen Z FOMO Mendaki Gunung?

×

Demi Konten dan Ajang Healing, Benarkah Gen Z FOMO Mendaki Gunung?

Sebarkan artikel ini
pendaki gunung
Naomi Daviola, pendaki yang sempat hilang di Gunung Slamet saat mendaki di Gunung Ungaran. (Instagram @dvla.nao)

Hingga saat ini, ia telah menaklukkan Gunung Merbabu dan Gunung Sumbing.

“Buat healing soalnya bisa liat pemandangan yang keren banget sama pengen nyoba hal baru, kadang juga buat menantang diri sendiri,” ucapnya.

Meski FOMO, harus tetap persiapan fisik

Meski menganggap mendaki gunung sebagai kebutuhan konten dan healing, Iqbal dan Zulfa tidak hanya bermodal FOMO dalam mendaki gunung. Keduanya sepakat bahwa ketahanan fisik adalah modal utama untuk bisa kembali dengan selamat.

“Latihan kardio lari karena paling utama adalah stamina dan kondisi fisik yang prima. Tahan suhu dingin. Lalu mental yang kuat disertai insting dan ilmu survival dasar dan mountainering,” beber Iqbal.

Lebih lanjut, Iqbal menilai, fenomena pendaki FOMO sah-sah saja. Mengingat aktivitas pendakian adalah kegiatan positif.

Hanya saja, mendaki gunung jelas aktivitas sarat risiko karena termasuk kegiatan ekstrem. Perlu persiapan khusus, fisik prima, dan alat khusus juga.

“Yang menjadi masalah adalah ketika FOMO terhadap aktivitas mendaki tapi menganggap gunung adalah tempat rekreasi,” tekannya.

BACA JUGA: Kisah Naomi Daviola Hilang di Gunung Slamet: Tengok Ketiga 2 Orang di Belakang Tiba-tiba Hilang

Senada, Zulfa juga mengingatkan, gen Z yang FOMO mendaki gunung jangan sampai melupakan hal-hal non teknis. Misalnya restu orang tua.

“Yang paling terpenting, naik gunung itu solidaritas. Harus cari partner naik gunung yang enak dan kalau bisa bareng terus, nggak egois,” tandasnya. (*)

Editor: Farah Nazila

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan