BACA JUGA: Bukan Hanya Puja, Begini Persiapan Hari Raya Tri Suci Umat Buddha di Vihara Tanah Putih, Apa Saja?
Meskipun begitu, ia menyebut tak ada perbedaan antara aliran Theravada dan berbagai aliran lain dalam menyambut Tri Suci Waisak.
“Tidak ada perbedaan antara Mahayana dan Theravada. Kalau aliran Buddhayana itu merayakan di Candi Sewu. Tapi saya yakin setiap Vihara pasti ada perayaan Waisak, karena Wihara tidak boleh kosong saat hari raya penting seperti Waisak,” terangnya.
Sadari Tiada yang Abadi Melalui Hari Raya Suci Umat Buddha
Peringatan Hari Raya Tri Suci Waisak sangat sarat akan makna. Kehadirannya bukan sebagai hari raya yang orang-orang sambut meriah dengan euforia, melainkan lewat refleksi umat bahwa tak ada yang kekal di dunia ini.
Hal tersebut tersampaikan oleh Romo Aggadhammo. Ia menyebut hendaknya Tri Suci Waisak orang sambut dengan melakukan pengendalian dan refleksi diri oleh umat.
“Sesungguhnya bukan euforia ya, karena menurut Buddha sendiri semua itu tidak kekal. Semuanya adalah soal bagaimana kita dapat melepas dan menyadari bahwa tidak ada yang kekal,” ungkapnya.
“Kita harus bisa menerima perubahan tersebut agar kita tidak menderita. Kalau kita tidak menerima perubahan itu, ya kita akan menderita,” pungkasnya.
Tak hanya umat Buddha sambut, Tri Suci Waisak juga kelompok lintasagama nantikan. Menurut keterangan Romo Aggadhammo yang juga aktif sebagai pengurus Vihara Tanah Putih, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan kelompok lintasagama lainnya akan hadir di Vihara Tanah Putih pada Minggu, 4 Juni 2023. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi